“Pengembangbiakkan lalat hitam ini untuk menghasilkan maggot atau belatung. Belatung dari lalat hitam inilah nanti yang akan bekerja untuk mengurai sampah, sehingga volume sampah akan berkurang dan mengurangi bau sampah,” terang Prih Hartanto.
Menurutnya, BSF dikembangbiakkan di tempat yang disebut nursery. Setelah lalat bertelur, telur-telur tersebut dipisahkan dan ditempatkan di tempat berbeda untuk proses penetasan.
Setelah menetas dan berusia lima hari diletakkan pada sampah organik. Memasuki usia 10 hari, maka larva tersebut sudah dapat dipanen dan ditebarkan ke tumpukan sampah untuk bekerja mengurai sampah.
Dengan adanya inovasi ini, Kepala DLH Kabupaten Blora, Dewi Tedjowati, berharap jumlah sampah di Kabupaten Blora setiap hari bertambah bisa segera terurai secara alami dengan menggunakan metode BSF.
“Metode BSF efektif untuk mengurangi volume sampah di TPA, jadi metode ini bisa menjadi solusi permasalahan pengolahan sampah di Kabupaten Blora. Harapannya kedepan tidak hanya untuk sampah di TPA Temurejo saja, namun juga TPA sampah lainnya,” harap Dewi.
(Angkasa Yudhistira)