JAKARTA - Pemilihan umum belangsung serentak pada 17 April 2019. Adalah PDI Perjuangan dan Gerindra, partai yang diperkirakan akan paling mendapat coattail effect pada Pileg lantaran sebagai parpol yang mengusung capres pada Pilpres 2019.
Pada pemilihan umum nanti, suara milenial dianggap menjadi penentu hasil Pemilu 2019. Lalu, ke mana suara pemilih milenial akan mengalir ke partai-partai politik?
Berdasar hasil survei yang dilakukan Center for Political Communication Studies (CPCS), terdapat beberapa besar parpol yang mendapat limpahan suara generasi milenial, yakni PDI Perjuangan dan Gerindra mendominasi dengan elektabilitas masing-masing di kalangan milenial sebanyak 32,0 persen dan 15,9 persen.
“Yang menarik, pendatang baru Partai Solidaritas Indonesia (PSI) menempatkan diri pada peringkat keempat dengan dukungan milenial 4,4 persen,” ujar Direktur Eksekutif CPCS Tri Okta S.K, dalam keterangannya, Senin (28/1/2019).

(Baca Juga: Pilpres 2019, Generasi Milenial Fokus ke Isu Korupsi & Lapangan Kerja)
Posisi PSI, sambungnya, berada di bawah Golkar dengan 7,6 persen dan di atas PKB 3,4 persen.
Jika dibandingkan dengan elektabilitas pada seluruh kelompok umur, elektabilitas PSI hanya sebesar 2,2 persen. Sementara PDI Perjuangan dan Gerindra tetap mengungguli dengan elektabilitas dari seluruh partai yang ada dengan 26,2 persen dan 15,2 persen.
Posisi lima besar lainnya diduduki oleh Golkar (10,1 persen), PKB (6,9 persen), dan Demokrat (5,3 persen).
Meskipun kerap disebut apatis dan apolitis, generasi milenial tetap peduli dengan isu-isu sosial politik. Hanya saja, cara menyalurkannya tidak konvensional seperti organisasi dan parpol lama. Alih-alih demo ke parlemen, milenial lebih suka petisi online dan membangun jejaring komunitas.
“Medsos dan aplikasi daring sangat tepat untuk menjaring aspirasi milenial,” kata Okta.