"Saya katakan bahwa Tiongkok membangun infrastruktur bukan karena sesuai kebutuhan suatu wilayah atau daerah, melainkan infrastruktur tersebut dibangun untuk konektivitas dan distribusi antar wilayah agar perekonomian berkembang dan tumbuh," jelasnya.
Baca juga: 5 Fakta Kampanye Akbar Prabowo-Sandi Jadi Sorotan di SUGBK
Menurut Rizal, argumen Inas ngawur lantaran dirinya mengaitkan pembangunan infrastruktur di Tiongkok dengan pertumbuhan ekonominya selama 25 tahun, yakni 12%.
Dijelaskan Inas, pada periode 1980-1990, infrastruktur di Tiongkok sangat menyedihkan dan penyebab utama bottleneck (leher botol) pada perekonomian di sana, di mana pertumbuhannya hanya 3,9% pada tahun 1990. Kemudian, Tiongkok mulai menggenjot pembangunan infrastruktur dari tahun 1992 s/d 2013, seperti jalan raya, kereta api, bandara, dan pelabuhan dan lain-lain yang justru kemudian menjadikan pertumbuhan ekonomi Tiongkok menjadi melesat.