"Berarti konsekuensinya, menolak hasil pileg di berbagai daerah juga," katanya.
Menurut Dedi, kalau yang ditolaknya hanya pemilihan presiden, sedangkan pemilihan legislatif diterima maka itu disebut ambivalen, dan membingungkan.
Dedi mengibaratkan pemilu itu seperti sambal. Bahan gula, cabai, garam, dan terasi sudah diulek itu namanya sambal. Rasa terasi dan gula sudah tidak bisa dipilah. Jadi, kata dia, kalau dikatakan terasinya tidak enak, berarti itu sambal memang tidak enak.
"Kalau dianggap pemilu curang, berarti pileg juga curang. Kalau pileg curang, berarti mereka yang mengalami peningkatan suara legislatif hari ini diperoleh dari hasil kecurangan. Kan konsekuensinya itu," kata Dedi.
Ia menyindir sikap kubu Prabowo yang bahagia suara partainya mengalami peningkatan. Bahkan, kata dia, mereka sudah mengakui terlebih dahulu dan mengumumkan bahwa partainya di kabupaten atau kota ini mendapat sekian kursi, provinsi sekian kursi dan DPR RI meraih sekian kursi. Bahkan, menurut Dedi, sebagian dari mereka sudah ada yang menggelar syukuran.