Sewaktu pemerintah Lam terus mendesak maju dengan RUU tersebut meskipun tidak populer, ia mungkin akan segera mendapati dirinya di tengah-tengah krisis politik, kata Antony Dapiran, seorang pengacara Hong Kong dan penulis "City of Protest: A Recent History of Dissent in Hongkong."
Orang mengira ia sedang menghadapi tekanan dari Beijing untuk melakukan hal itu. Pada waktu yang sama ada sejuta orang turun ke jalanan dan itu benar-benar menciptakan krisis keabsahan pemerintah," kata Dapiran kepada VOA.
“Jika mereka memaksakan untuk melakukan itu, kita bertanya-tanya apa reaksi masyarakat dan apa yang ingin dicapai oleh pemerintah."
Pada protes pada Minggu terhadap kesepakatan ekstradisi, banyak pemrotes membawa poster-poster yang menyerukan agar Lam mengundurkan diri.
Demonstrasi belum berakhir, karena para pengunjuk rasa berencana untuk berkemah di luar Dewan Legislatif hari Selasa malam dan "berpiknik" di tempat itu hari Rabu, sebelum pembacaan kedua RUU tersebut. Lebih dari seratus bisnis berencana menutup bisnisnya hari itu agar karyawannya dapat hadir pada acara itu.
(Rahman Asmardika)