Advertisement
Advertisement
Advertisement
INFOGRAFIS INDEKS
Advertisement

Indonesia Pernah Barter Pesawat dengan Ketan, Kapal Perang Soviet Ditukar Pepsi

Agregasi BBC Indonesia , Jurnalis-Sabtu, 15 Juni 2019 |03:01 WIB
Indonesia Pernah Barter Pesawat dengan Ketan, Kapal Perang Soviet Ditukar Pepsi
Pesawat CN 235-220 MPA bi Pangkalan Udara TNI AL Juanda, Sidoarjo. (Foto: Antara)
A
A
A

Malaysia Tukar Kelapa Sawit dengan Pesawat Tempur Rusia

"Perusahaan yang saya ajak bicara yang melakukan countertrade mengatakan jika mereka dapat melakukan semua yang mereka lakukan untuk uang yang akan selalu menjadi preferensi pertama mereka."

Sementara Shirley Mustaga, seorang ekonom di organisasi pangan dan agrikultural PBB (FAO), mengatakan transaksi semacam ini menjadi hal yang lumrah setelah krisis keuangan 2008.

"Beberapa negara kehilangan kepercayaan terhadap sistem perdagangan internasional," katanya.

Membarter barang dengan barang lain atau jasa juga membantu pemerintah untuk menghemat kekayaan cadangan.

Demi alasan ini juga, beberapa negara secara aktif menerapkan barter atau transaksi countertrade, ujar Lindsey Shanson, editor majalah Countertrade and Offset.

Negara seperti Malaysia, pada 1990-an membarter kepala sawitnya dengan pesawat tempur Rusia.

Awal tahun ini, negara itu merencanakan melakukan langkah yang sama ketika Malaysia hendak memodernisasi militernya, namun tidak cukup memiliki anggaran.

Merujuk pada keputusan Indonesia yang menukar pesawat buatannya demi beras ketan Thailand, ekonom Travis Taylor mengatakan perusahaan itu pada dasarnya hanya ingin transaksi berjalan.

"Dalam kasus itu, transaksi itu pada dasarnya hanya sekedar membangun reputasi (di pasar yang baru)," ujar Taylor yang merupakan profesor ekonomi di Universitas Christopher Newport di Virginia.

"Tidak ada yang mau terjebak dengan berton-ton beras ketan. Tetapi, perusahaan ini juga menginginkan bukti bahwa pesawat itu bisa dijual. Jadi, mereka tidak bisa pilih-pilih."

Profesor Taylor menambahkan bahwa jenis tertentu dari perjanjian countertrade yang disebut "perjanjian offset" kini lazim di sektor pertahanan global.

Di bawah perjanjian ini perusahaan pertahanan setuju untuk menghasilkan kegiatan ekonomi di suatu negara selama periode waktu tertentu, seperti membeli atau membuat komponen di sana.

Secara keseluruhan, ia mengatakan bahwa barter dan tipe-tipe countertrade lainnya akan tetap ada, "khususnya di antara negara-negara berkembang dan selama masa ketidakstabilan".

(Hantoro)

      
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Topik Artikel :
Berita Terkait
Telusuri berita news lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement