"Ketika panitia membuka gerbang, kami berada di barisan depan, dalam antrean," kata Jean Claude Etienne Rakotoarimanana, seorang korban yang menderita memar dalam insiden itu.
"Tiba-tiba orang-orang berlari untuk sampai di depan kami. Mereka mendorong kami, beberapa bahkan meninju kami dan menarik kami," tambahnya. Dia mengatakan bahwa dia pingsan akibat kekerasan yang terjadi.
Presiden Andry Rajoelina telah mengunjungi para korban di rumah sakit dan mengatakan kepada wartawan bahwa negara akan menanggung biaya pengobatan bagi mereka yang terluka.
(Rahman Asmardika)