MUZAFFARABAD - Seorang komandan militan Kashmir pada Minggu mengatakan bahwa Pakistan harus mengirim pasukan untuk melindungi rakyat Kashmir yang dikuasai India jika PBB tidak mengirim pasukan penjaga perdamaian, setelah New Delhi mencabut otonominya bulan lalu.
"Ini mengikat bagi angkatan bersenjata Pakistan, kekuatan nuklir Islam pertama, untuk memasuki Kashmir yang diduduki India untuk secara militer membantu orang-orang di wilayah itu," kata Pemimpin Militan, Syed Salahuddin sebagaimana dilansir Reuters, Senin (2/9/2019). Salahuddin memimpin lebih dari selusin kelompok yang memerangi pemerintah India di Kashmir.
BACA JUGA: Tentara India Dituduh Aniaya Warga Kashmir dengan Tongkat dan Setrum Listrik
Komentarnya itu menegaskan tekanan domestik yang meningkat pada Perdana Menteri Pakistan Imran Kahn untuk mengambil tindakan tegas setelah India mencabut status khusus Kashmir pada awal bulan lalu. Sejauh ini Khan memfokuskan upayanya pada kampanye diplomatik global yang mengutuk tindakan India.
Foto: Reuters.
"Dalam masa-masa sulit ini ... dukungan diplomatik dan politik belaka tidak akan berhasil," kata Salahuddin dalam pertemuan yang dihadiri ratusan orang di Muzaffarabad, ibu kota zona Kashmir Pakistan.
Terkait pencabutan status khusus Kashmir yang dikuasai India, New Delhi memblokir hak kawasan itu untuk menyusun undang-undangnya sendiri dan memungkinkan warga luar Kashmir untuk membeli properti di sana. Pemerintah mengatakan reformasi akan memfasilitasi pengembangan Kashmir, untuk kepentingan semua.
Namun langkah itu membuat marah banyak penduduk di Kashmir, yang sejak itu berada di bawah pengekangan keamanan dengan saluran telepon, internet dan jaringan televisi diblokir. Pergerakan dan kebebasan mereka untuk berkumpul juga dibatasi.
Baik India dan Pakistan menguasai sebagian dari Kashmir, namun kedua negara itu mengklaim keseluruhan dari wilayah tersebut.
Islamabad tahun ini mengumumkan pihaknya menindak kelompok-kelompok militan di Kashmir setelah salah satu kelompok melancarkan serangan mematikan yang menewaskan puluhan polisi paramiliter di wilayah Kashmir yang dikuasai India pada Februari.