AMERIKA Serikat telah mengumumkan rencana mengirim pasukan ke Arab Saudi usai terjadi serangan terhadap infrastruktur kilang minyak di sana. Hal itu sebagaimana diungkapkan Menteri Pertahanan AS Mark Esper.
Ia mengatakan kepada wartawan bahwa penempatan pasukan akan "lebih bersifat bertahan". Jumlahnya belum diputuskan.
Pemberontak Houthi di Yaman, yang didukung Iran, mengklaim bertanggung jawab atas serangan terhadap dua fasilitas minyak di Arab Saudi pada pekan lalu. Namun demikian, AS dan Arab Saudi menyalahkan Iran sebagai otak di balik serangan tersebut.
Baca juga: Duga Iran Dalang Serangan Fasilitas Minyak Saudi, Trump: Kami Tidak Ingin Perang
Bagaimanapun, sebelumnya pada Jumat, Presiden AS Donald Trump mengumumkan sanksi "berat" terhadap Iran. Sementara di sisi lain dia menyiratkan ingin menghindari adanya konflik militer.
"Saya pikir orang yang kuat melakukan pendekatan, dan hal yang menunjukkan kekuatan adalah menunjukkan kemampuan sedikit menahan diri," kata Trump kepada wartawan, seperti dikutip dari BBC News Indonesia, Senin (23/9/2019).
Ia mengatakan, sanksi baru AS terhadap Iran akan menitikberatkan pada bank sentral Iran dan dana kekayaan negara.
Apa yang Dikatakan Pentagon?
Dalam jumpa pers bersama Kepala Staf Gabungan Jenderal Joseph Dunford Jr, Jumat 20 September 2019, Menteri Pertahanan AS Mark Esper mengungkapkan rencana penempatan pasukan ke Arab Saudi. Hal itu, kata dia, dilakukan setelah Saudi dan Uni Emirat Arab meminta bantuan AS.
Baca juga: Menlu AS Sebut Serangan ke Fasilitas Minyak Saudi sebagai Pernyataan Perang
Ia melanjutkan, pasukan AS akan fokus pada peningkatan pertahanan udara dan rudal. Kemudian AS akan "mempercepat pengiriman peralatan militer" kepada kedua negara tersebut.
Jenderal Dunford menyebutkan bahwa penempatan pasukan AS itu bersifat "moderat" dan jumlahnya tidak akan mencapai ribuan. Dia tidak memberikan rincian lebih lanjut tentang jenis pasukan yang bakal dikirim.
Menurut laporan New York Times, ketika wartawan bertanya kepada Esper, apakah serangan militer terhadap Iran masih dipertimbangkan? Sekretaris pertahanan tersebut menjawab, "Itu bukanlah posisi kita saat ini."