KUCHING - Sepintas tak ada yang istimewa dari pria berpakaian merah yang terlihat duduk di kantin Konsulat Jenderal Republik Indonesia (KJRI) di Kuching, Sarawak, Malaysia. Pria bernama Nur Zein asal Kabupaten Lamongan, Jawa Timur itu memang terlihat sederhana sekali.
Tapi tiada yang menyangka, dia adalah warga negara Indonesia (WNI) yang sukses di Sarawak, Malaysia. Boleh dibilang, Zein adalah orang Lamongan tersukses yang ada di Sarawak.
Betapa tidak, dari 5.000-an warga Lamongan yang menjadi pahlawan devisa di Jiran ini, hanya Zein yang memiliki aset berkisar Rp10 miliar. Bukan untuk pamer, tapi Zein mengungkapkan ini untuk memotivasi WNI lain yang bekerja di Malaysia agar lebih bersemangat.
Baca Juga: Ditendang hingga Tersungkur, Sang Kakek Malah Nangis saat Youtuber Iyus Sinting Diborgol Polisi
"Saya berharap Pekerja Migran Indonesia (PMI) yang ada di Malaysia untuk tidak malas. Karena malas di negara orang, artinya bunuh diri. Pekerja Indonesia juga harus menekuni satu karir yang diyakini bisa membawa kita lebih hebat," pesan Zein saat mengobrol dengan Okezone, Jumat (22/11/2019).
Kisah Lulusan SD Asal Lamongan yang Sukses di Malaysia (foto: Okezone/Ade Putra)
Pria 45 tahun ini mulai bercerita tentang manis dan pahitnya menjadi Pekerja Migran Indonesia (PMI) sehingga bisa sukses sampai saat ini. Mulanya, pada tahun 1991 lalu dia memberanikan diri untuk merantau ke Malaysia. Dia menumpang perahu nelayan dari Tanjung Balai Karimun Jawa, Kepulauan Riau. Kala itu usianya masih 16 tahun dan paling muda di perahu kayu itu.
Dalam perjalanan, perahu yang ditumpangi bersama belasan warga Indonesia itu sempat bersembunyi di balik di pulau-pulau kecil. Karena ombak sedang tak bersahabat. Lagi pula, ada beberapa penumpang perahu itu yang tak memiliki dokumen. Sehingga sempat dalam satu pekan mereka kelaparan di lautan.
"Setelah seminggu bersembunyi, akhirnya kami sampai di wilayah Semenanjung Malaysia. Kemudian kami harus menunggu selama dua hari di hutan hingga kondisi dianggap aman oleh tekong atau nahkoda. Kalau sudah aman, baru kami naik ke daratan dan diantar ke Kuala Lumpur," ceritanya.
Di usianya yang terbilang masih remaja kala itu, Zein sudah harus bekerja keras. Dia awalnya mengikuti atau membantu warga-warga Lamongan dan saudaranya yang terlebih dahulu sudah mengerjakan konstruksi bangunan. Zein yang hanya tamat Sekolah Dasar (SD) ini masih belum memiliki kemampuan mengenai apa yang dikerjakan.