Setelah itu Suradi pun menceritakan kalau dirinya memang tidak mempunyai darah biru. Pengangkatan dirinya menjadi seorang Sultan itupun diluar perkiraannya.
Saat itu, dirinya mendengar akan ada lelang pembangunan masjid Agung Demak. Sebagai seorang kontraktor, Suradi pun tertarik ikut.
Kemudian Suradi pun berangkat bersama temannya ke Demak untuk ikut dalam lelang pembangunan Masjid Agung Demak.
"Sebelum saya ikut, saya bertanya pada seseorang bernama pak Mintho. Saya tidak tahu kalau pak Mintho itu ternyata Kanjeng Sultan Surya Alam Akbar (Sultan Demak). Oleh Pak Mintho saya malah dibilang 'kenapa seorang Sultan mau ikut lelang segala. Sudah tidak usah ikut lelang, besarkan lah Kasultanan Pajang," ujar Suradi menceritakan awal pertama dirinya bisa menjadi Sultan.

Mendengar itu, Suradi tak langsung menjawab. Namun, Suradi meminta waktu untuk bicara pada keluarganya. Saat itu, anak-anak Suradi menolak keras dirinya untuk kembali merawat Kraton Pajang yang telah runtuh 400 tahun silam.
Selain bukan dari keturunan Kraton, anak-anaknya melihat kalau itu bukan bidangnya. Penolakan anak-anaknya itu disampaikan kembali ke Kanjeng Sultan Surya Alam Akbar. Namun, ungkap Suradi, Sultan Demak menolak alasan itu dan tetap mendaulat Suradi menjadi Kanjeng Raden Adipati Suradi Joyo Nagoro, sebelum akhirnya mengangkat sebagai Sultan Prabu Hadiwijaya Khalifatullah IV.
"Sultan Demak mengutus utusannya ke Pajang. Untuk mengajarkan saya bagaimana menjadi Sultan dan tata cara serta tradisi Kraton," terangnya.
Sejak saat itulah, Suradi pun gigih melestarikan Kasultanan Pajang. Meskipun diakui oleh Suradi, ada pihak yang menganggap kalau dirinya itu hanya mengaku-ngaku sebagai Sultan.
(Edi Hidayat)