JENEWA - Sekretaris Jenderal (Sekjen) PBB Antonio Guterres mengemukakan pandangan serius tentang keadaan dunia saat ini, dengan mengatakan bahwa "angin kegilaan melanda dunia".
"Eskalasi kembali," kata Guterres, mengutip NPR, Kamis (6/1/2020) merujuk konflik yang berkobar di Yaman, Libya dan Suriah.
Pandangan Guteres disampaikan dalam sebuah pidato untuk menguraikan prioritasnya pada tahun ini sekaligus menyambut peringatan ke-75 PBB.
Dalam pidato itu ia juga menyinggung bahwa negara-negara anggota sudah tidak menghormati resolusi Dewan Keamanan PBB.
Padahal menurut Guteres, DK PBB bertujuan memutus lingkaran setan penderitaan dan konflik serta mendorong gelombang diplomasi perdamaian.
"Keresahan di jalan-jalan dan alun-alun di seluruh dunia adalah bukti bahwa orang ingin didengar. Mereka ingin para pemimpin dunia menjawab kegelisahan mereka dengan tindakan yang efektif," ujar Guteres.
We must break the vicious circle that is propelling humankind & the natural world to the point of no return through the climate crisis.
We can win this race.
This year, all countries must show more #ClimateAction ambition on adaptation, mitigation & finance. pic.twitter.com/QoE3EYwAVS — António Guterres (@antonioguterres) February 4, 2020
Keadaan dunia saat ini ditentukan oleh tantangan berjenjang dan "lingkaran setan" yang mengancam perdamaian dan keamanan, kata Sekjen PBB. Dan konflik yang muncul saat ini, tambahnya, lebih lama, lebih mematikan dan lebih sering terjadi.
Kondisi iklim
Isi pidato Guteres sebagian membahas memburuknya kondisi iklim. Ia mencatat bahwa suhu laut dunia dan rata-rata permukaan laut telah mencapai rekor tertinggi baru.
"Para ilmuwan memberi tahu kami bahwa suhu laut sekarang naik, setara dengan lima bom Hiroshima per detik," katanya.
Guteres menyampaikan umat manusia menghadapi tantangan lain di darat, yang mencantumkan permafrost (tanah membeku) yang menyusut dan mencairnya tundra (daerah tanpa pohon) sebagai dua faktor yang akan mengirim jumlah besar metana, gas rumah kaca ke atmosfer.