Diwartakan VOA, Thabane sebelumnya berjanji untuk meninggalkan jabatannya pada akhir Juli 2020, tetapi surat kabar independen pada Kamis (23/4/2020) mengutip perdana menteri yang mengatakan dia ingin menyelesaikan beberapa rencana yang tidak ditentukan yang sudah ada sebelum meninggalkan kantor.
Thabane juga telah dikritik karena memanggil pasukan akhir pekan lalu, menyusul klaimnya bahwa beberapa pemimpin dalam penegakan hukum berusaha untuk merusak demokrasi di negara kecil yang dikelilingi oleh Afrika Selatan itu.
Para pengamat yakin pengerahan pasukan ke Ibu Kota, Maseru, adalah upaya terakhir Thabane untuk tetap berkuasa. Sehari sebelum dia memanggil pasukan, otoritasnya mendapat pukulan lagi ketika pengadilan konstitusi menolak keputusan Thabane untuk menskors parlemen.
(Rahman Asmardika)