CARACAS - Anggota pihak oposisi Venezuela pada Oktober 2019 merundingkan kesepakatan sebesar USD213 juta dengan perusahaan keamanan kecil di Florida, Amerika Serikat (AS) untuk melakukan penyerbuan ke negara Amerika Latin itu dan menggulingkan Presiden Nicolas Maduro.
Pemerintah Venezuela pekan ini menangkap lebih dari selusin orang, termasuk warga AS yang bekerja untuk perusahaan keamanan itu, Silvercorp USA, sebagai bagian dari serangan yang gagal terhadap pemerintahan Maduro.
Dua warga AS yang ditangkap itu muncul di televisi pemerintah di Venezuela pada Rabu (6/5/2020) dan Kamis (8/5/2020), mengatakan mereka telah ditugaskan oleh Silvercorp untuk mengambil alih kendali bandara di Caracas untuk menerbangkan Maduro ke AS. Maduro mengatakan bahwa kedua warga AS itu akan diadili di pengadilan sipil Venezuela.
Menurut sebuah dokumen yang diterbitkan oleh Washington Post disebutkan bahwa Silvercorp, “akan memberi saran dan membantu Kelompok Mitra dalam Perencanaan dan pelaksanaan dan operasi untuk menangkap atau menahan atau menjatuhkan Nicolas Maduro, menghapus Rezim Venezuela saat ini, dan menempatkan Presiden Venezuela yang diakui Juan Guaido."
Diwartakan Reuters, rencana yang diuraikan dalam dokumen setebal 42 halaman itu memberikan detail taktis yang teliti mulai dari ranjau darat mana yang akan digunakan dan apa perlengkapan huru-hara yang akan digunakan. Namun tidak ada penjelasan tentang bagaimana sekelompok kecil pasukan komando dapat mengalahkan ratusan ribu pasukan keamanan yang tetap setia kepada Partai Sosialis yang berkuasa.
Pada Kamis, televisi pemerintah menayangkan video yang menampilkan tentara bayaran warga AS Airan Berry yang ditangkap. Dalam video itu Berry mengatakan tujuan misi tersebut adalah untuk mengendalikan target spesifik seperti badan intelijen Sebin dan kelompok intelijen militer DGCIM dan untuk "mendapatkan" Maduro.
Washington Post mengatakan bahwa dokumen itu berasal dari pejabat oposisi Venezuela, namun sejauh ini keasliannya belum dapat dikonfirmasi.