JAKARTA - Guru Besar Hadits Universitas Islam Oumdurman, Sudan, Syaikh Prof Dr Omar al-Ma’ruf Ali meninggal dunia pada Sabtu 9 Mei 2020 waktu Sudan. Syaikh Omar dikebumikan di Desa Syaikh Alma’ruf , Barat Daya Jabal Aulia, Provinsi Khartoum, Sudan, Minggu keesokan harinya.
Berdasarkan informasi yang dihimpun, Syaikh Omar al-Ma’ruf Ali merupakan Guru Besar Hadist Fakultas Ushuluddin, Universitas Islam Oumdurman. Ia berkiprah selama lebih 30 tahun sebagai da’i Liga Dunia Islam (Rabithah Alam Islami).
Dia telah banyak menelurkan bibit pendakwah, cendekiawan muslim, hingga peneliti dan murid yang tersebar di seluruh dunia. Salah satu yang pernah menjadi murid beliau ialah ulama kondang Indonesia asal Riau, Ustadz Abdul Somad alias UAS. Selain sebagai guru, Syaikh Omar sudah seperti orangtua sendiri bagi UAS.
Syaikh Omar juga menjadi dosen pembimbing disertasi gelar doktor bidang hadits yang ditekuni UAS. Disertasi setebal 600 halaman itu diujikan pada 24 Desember 2019 dengan judul “Kontribusi Hadratus-Syaikh Muhammad Hasyim Asy'ari (1871-1947) dalam Penyebaran Hadits di Indonesia”.
Saat itu UAS mendapat nilai cumlaude di World Research and Studies Institute (IWRSI), Universitas Islam Omdurman, Sudan. UAS melalui akun Instagramnya @ustadzabdulsomad_official mengenang kebersamaan bersama Syaikh Omar kala jadi pembimbing disertasinya.
"Kesan pertama, tidak menggoda. Syaikh Omar nanya macam-macam. Belum apa-apa, udah seperti sidang aja. Terasa betul bodoh saya di hadapan Syaikh Omar. Apalagi pas dikasi oleh-oleh dari Indonesia, dia jawab ketus, 'Kami tidak menerima hadiah sebelum sidang!'. Pulang ke rumah, terasa mual, karena coretannya banyak sekali. Mata Syaikh Omar sangat tajam, titik pun dia permasalahkan," tulis UAS mengawali postingannya.
Setelah semuanya berlalu, Syaikh Omar membawa UAS ke kampung halamannya . Saat itu Syaikh Omar memperkenalkan keluarganya kepada UAS. Bahkan, ia rela memotongkan seekor kambing untuk memuliakan tamunya itu.
"Ia suapkan ke mulut saya. Ia bawa ziarah ke makam buyutnya di bukit Syaikh Thayyib, murid Syaikh Muhammad Samman al-Madani. Dia bawa saya berkeliling Kota Khartoum dan Oumdurman. Menunjukkan tempat-tempat para wali Allah dan tempat bersejarah," papar UAS.
Di antara ucapan Syaikh Omar yang diingat UAS ialah: "Mungkin engkau bertanya dalam hati. Mengapa kita selalu jumpa di masjid. Mengapa aku tak pernah membawamu ke rumahku di Oumdurman? Aku tak punya rumah Nak. Aku menyewa rumah kecil sederhana. Lebih tiga puluh tahun aku jadi da'i Rabithah Alam Islamy yang digaji dari Makkah di samping gajiku sebagai guru besar. Semuanya kupakai untuk membangun masjid dan sekolah tahfizh" kenang UAS menirukan ucapan gurunya itu.
Waktu perpisahan antara murid dan guru itupun tiba. UAS harus kembali ke Tanah Air setelah merampungkan studi doktornya. "Waktu mesti memisahkan kami. Aku pun pulang ke Tanah Air. Syaikh Omar selalu membalas pesan-pesan yang ku kirim melalui WhatsApp. Salah satu pesan nya; "Terima kasih atas cenderamata yang engkau titipkan ananda Abdul Somad. Adapun uang yang engkau selipkan, sudah habis ku bagi-bagikan kepada fakir miskin" tulis UAS.