MOSKOW - Kremlin menepis tuduhan bahwa Presiden Vladimir Putin memerintahkan peracunan terhadap lawan politiknya, Alexei Navalny, yang kini terbaring koma di rumah sakit di Berlin.
Navalny jatuh sakit dalam penerbangan dari Tomsk ke Moskow pada Kamis (20/8/2020).Para pendukungnya menduga racun ditempatkan dalam secangkir teh di bandara Tomsk.
Tim dokter di Omsk, Rusia yang merawat Navalny selama tiga hari mengatakan bahwa tidak ditemukan jejak racun di dalam tubuh pria berusia 44 tahun itu. Navalny kemudian dipindahkan ke rumah sakit Charité di Berlin di mana dokter mengatakan bahwa dia “mungkin” diracun setelah bukti klinis menunjukkan zat penghambat kolinesterase dalam sistemnya.
BACA JUGA: Politikus Pengkritik Putin Terbaring Koma di RS Jerman, Diduga Diracun
Navalny saat ini dalam perawatan intensif dan masih dalam keadaan koma. Menyusul insiden itu muncul tudingan bahwa Kremlin berada di balik peracunan Navalny, yang merupakan seteru dari Presiden Vladimir Putin.
Kanselir Jerman Angela Merkel pada Senin (24/8/2020) menyerukan penyelidikan atas dugaan keracunan tersebut. Inggris juga menyerukan penyelidikan yang "penuh dan transparan".
Juru bicara Kremin, Dmitry Peskov mengatakan tuduhan bahwa Putin memerintahkan peracunan Navalny tidak benar dan tidak bisa dianggap serius.
BACA JUGA: Diplomat Rusia Dituding Meracuni Pedagang Senjata Asal Bulgaria
"Kami tidak bisa menanggapi tuduhan seperti itu dengan serius. Itu sama sekali tidak mungkin benar. Itu lebih seperti 'suara kosong', jadi kami tidak bermaksud menanggapinya dengan serius," kata Peskov sebagaimana dilansir BBC.
Peskov mengatakan diagnosis oleh dokter Rusia dan Jerman cocok, tetapi "kesimpulannya berbeda". Dia mengatakan bahwa Jerman terburu-buru dalam mendesak Rusia melakukan penyelidikan.