Alpius pun diduga melakukan operasi penyisiran guna mencari senjata api yang dirampas. Bahkan, penembakan Pratu Dwi Akbar turut memicu rentetan tembakan lain, hingga sekitar pukul 15.00 WIT, Alpius dan pasukannya yang sedang melakukan penyisiran dilihat oleh warga sekitar.
"Alpius disebut menuju kandang babi sekitar waktu penembakan terhadap korban. Di saat bersamaan, terdapat pembakaran terhadap Rumah Dinas Kesehatan Hitadipa karena diduga sebagai asal tembakan terhadap Pratu Dwi Akbar atau lokasi persembunyian OPM. Setidaknya, dua orang saksi melihat api dan asap, serta sisa bara api dari lokasi kebakaran," ungkapnya.
Saat melakukan penyisiran senjata dan OPM, Alpius dan tiga sampai empat rekannya bertemu Miryam Zoani dan langsung menanyakan dimana kokasi Pendeta Yeremia. Miryam pun, sambung Anam, menyebut bahwa pendeta ada di kandang babi.
"Barulah sekitar 17.50 WIT istri almarhum mengetahui kalau almarhum terlakuka karena tembakan. Istri almarhum setelah dari rumahnya, menunggu sampai sore menjelang malam kok enggak sampai-sampai pendeta ini, terus balik lagi ke kandang babi," katanya.
Miryam, ketika kembali ke kandang babi menemukan Pendeta Yeremia telah dalam posisi telungkup dan mengeluarkan banyak darah. Menurut Anam, di lengan kiri korban terdapat luka terbuka dan mengeluarkan darah.
"Komnas HAM meyakini, disamping ada luka tembak, adanya potensi sayatan benda tajam lainnya pada lengan kiri korban. Diduga kuat ada dugaan penyiksaan atau tindakan kekerasan lainnya dilakukan terduga pelaku yang bertujuan meminta keterangan atau pengakuan. Bisa soal senjata yang hilang atau keberadaan dari OPM," ungkapnya.
(Awaludin)