Tapi, tidak selalu begitu. Asbestos pernah menjadi mineral berharga yang ditambang di kota itu selama lebih dari seabad, untuk digunakan dalam konstruksi dan industri manufaktur. Tambang Jeffrey seluas 2 kilometer itu menciptakan ribuan lapangan kerja yang gajinya lumayan, membentuk perkembangan dan identitas komunitas di sekitarnya.
Tapi sejak 1920-an, bermunculan bukti yang mengaitkan asbestos dengan penyakit seperti mesothelioma - sejenis kanker yang berkembang di dinding luar beberapa organ tubuh - dan kanker paru-paru.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengestimasi bahwa pada masa lalu, lebih dari 100.000 orang di seluruh dunia meninggal karena penyakit yang dikaitkan dengan paparan asbestos. Pada 2011, Tambang Jeffrey pun ditutup untuk selamanya.
Sejak saat itu, Kota Asbestos telah beberapa kali berusaha merombak citranya, serta menciptakan cara baru untuk mendukung ekonomi lokal. Sempat ada percobaan untuk mengubah Tambang Jeffrey menjadi lokasi turisme, lengkap dengan fasilitas panjat tebing dan jalur sepeda gunung, namun rencana ini tidak terlaksana karena khawatir membahayakan kesehatan publik.
BACA JUGA: 4 Nama Tempat Wisata Paling Erotis
Menurut Payer, mereka mempekerjakan konsultan pemasaran dan hubungan masyarakat untuk mendesain ulang logo dan website kota, serta mengirim perwakilan ke sejumlah perjalanan bisnis untuk membujuk perusahaan-perusahaan agar berinvestasi di kota itu.
Upaya tersebut belum berhasil hingga saat ini. "Tahun lalu, ada perusahaan yang mempertimbangkan kota kami untuk menjalankan bisnis, yang akan menciptakan 30 lapangan kerja baru," kata Payer.
"Namun salah satu kriteria utama mereka ialah memilih tempat dengan nama yang tidak akan menyebabkan masalah dalam pengiriman atau ekspor, jadi kami kehilangan kesempatan itu. Ini satu dari banyak contoh serupa dalam beberapa tahun terakhir."