"Namanya telah membuat Hell menjadi brand perjalanan," kata Kjersti Greger, manajer pemasaran dan komunikasi Trondelag.
"Orang-orang di sana bahkan memasang papan tulisan Hell ala Hollywood di pinggir bukit supaya lebih kelihatan."
Dalam beberapa tahun terakhir, kota-kota lain telah melancarkan berbagai usaha inovatif untuk memanfaatkan namanya, melalui kekuatan media sosial.
Kota Boring, di Amerika Serikat (AS); Dull di Skotlandia; dan Bland di Australia, semuanya dinamai berdasarkan nama keluarga para pemukim pertamanya. Namun dalam bahasa Inggris, kata-kata itu berarti "membosankan, hambar".
Mereka bersatu untuk membentuk League of Extraordinary Communities (Liga Komunitas Luar Biasa) di Facebook, kemitraan yang telah diikutsertakan dalam kampanye iklan untuk Coca Cola, Unilever, dan Jaguar.
Beberapa kota telah mengesampingkan rasa malu akan nama mereka untuk mendapatkan uang. Desa nelayan Dildo, di Newfoundland, dinamai berdasarkan jenis dayung yang biasa digunakan dalam perahu, tapi pada pertengahan 1980-an, beberapa warga muak dengan olok-olok yang mengaitkan nama kota mereka dengan mainan seks.
Mereka berkampanye untuk mengubah nama desa menjadi Seaview atau Pretty Cove, namun mayoritas warga Dildo memilih untuk mempertahankan nama tersebut.
Tiga puluh tahun kemudian, keputusan itu berbuah manis. Hampir 40% dari 1.200 penduduk desa itu mendapatkan nafkah dari turis Amerika dan Kanada yang membaca tentang nama uniknya, menurut anggota komite distrik Dildo Andrew Pretty.
"Kami tak perlu memasarkan kota kami, itu terjadi dengan sendirinya," ujarnya. "Beberapa destinasi wisata menghabiskan ratusan ribu dolar untuk marketing. Kami tak perlu menghabiskan satu sen pun."