Dalam konteks yang lebih luas, perjuangan Asbestos mencerminkan dampak ekonomi dari nama sebuah tempat, terutama jika nama itu menimbulkan konotasi negatif seiring waktu, atau kebetulan dianggap tidak biasa.
Sejumlah kota beradaptasi dengan kondisi ini tergantung pada komunitasnya, dan nama itu sendiri. Mereka berusaha keras mengubah namanya, sementara beberapa kota lainnya menyambut banyak perhatian yang diberikan dan menemukan cara untuk memanfaatkan nama mereka sebagai sumber pendapatan yang menguntungkan.
Arti sebuah nama
Bagi Kota Vandals di Prancis, banyaknya turis yang datang karena tertarik dengan nama itu membuat warga tak tahan lagi. Pada 2008, komunitas yang terletak di selatan kota Metz itu memilih untuk mengganti nama menjadi Vantousiens, dalam upaya menghilang dari kesadaran publik.
Wali Kota Vandals saat itu, Claude Vellei, berkomentar, "Terlalu banyak orang datang ke sini berharap menemui orang yang salah. Kami bukan vandal, dan tidak ada alasan bagi orang-orang untuk menyebut kami dengan cara itu."
Tapi nama yang tak biasa dapat memiliki nilai komersial yang sangat tinggi. Barangkali contoh yang paling membuktikan ini adalah sebuah desa di Norwegia bernama Hell, yang telah menjadi destinasi wisata populer selama hampir satu abad.
BACA JUGA: "Penerbangan ke Neraka" yang Terakhir Berhasil Mendarat dengan Selamat di Finlandia
Nama desa ini berakar dari bahasa kuno Nordik, yaitu 'hellir', yang berarti gua di dalam jurang .
Pada tahun 1930-an, surat kabar New York Times melaporkan banyak warga Amerika yang berkunjung ke desa itu untuk berfoto di depan papan nama stasiun kereta api, dan membeli kartu pos bertulisan Hell is frozen over (Neraka sudah dingin).
Publisitas ini telah memungkinkan Hell menggelar berbagai acara besar termasuk Hell Blues Festival, yang diadakan setiap tahun, dan bahkan RallyCross World Championships