Amira mengatakan siapa pun yang punya kaitan dengan pemerintah di Damaskus atau dengan SDF terancam keselamatannya.
ISIS mengancam para aparat sipil negara antuk mundur, kalau tidak akan menghadapi hal-hal yang tidak diinginkan.
Mereka yang diyakini punya kaitan dengan SDF akan langsung dibunuh begitu saja.
Warga yang berbelanja dan para pelaku usaha juga menjadi sasaran intimidasi, biasanya melalui telepon atau pesan pendek (SMS).
Mereka diharuskan membayar uang, kadang hingga USD5.000 (Rp70 juta). Jika menolak, anggota keluarga mereka akan dibunuh.
Situasi ini dimanfaatkan oleh kelompok-kelompok penjahat lokal dengan berpura-pura sebagai anggota ISIS dan meminta uang dari warga.
Amira mengatakan aparat keamanan tak bisa memberikan jaminan dari kelompok penjahat ini dan akhirnya warga terpaksa meminta perlindungan dari anggota ISIS.
Belum lama berselang, tutur Amira, tiga orang mengaku sebagai anggota ISIS dan meminta uang dari warga. "Warga minta bukti kalau mereka adalah anggota ISIS. ISIS mengatakan ketiganya bukan anggota mereka, dan tiga orang ini kemudian dibunuh," kata Amira.
Di masa kejayaan, ISIS yang memproklamirkan "kekhalifahan", menguasai wilayah luas di Suriah dan Irak.
Pada Maret 2019, daerah kekuasaan mereka berhasil direbut kembali oleh SDF dan pasukan koalisi pimpinan AS.