"Ratusan orang sekarang berada di daerah kami," kata Padoh Saw Taw Nee, kepala urusan luar negeri KNU, dalam sebuah wawancara.
"Beberapa adalah pemimpin pemogokan, beberapa terlibat dalam CDM (pembangkangan sipil), staf pemerintah ... pembelot polisi dan militer dan kemudian juga beberapa anggota parlemen (anggota parlemen) dan dokter,” terangnya.
Dia mengatakan sejumlah orang juga mencari perlindungan lebih jauh ke utara, di perbatasan dengan negara bagian Shan, di wilayah yang dikuasai oleh milisi etnis lain.
Lebih dari dua lusin kelompok etnis bersenjata aktif di perbatasan Myanmar, dan KNU termasuk di antara mereka yang mengutuk kudeta tersebut dan berjanji untuk mendukung perlawanan.
Padoh Saw Taw Nee mengatakan perjanjian gencatan senjata dengan pemerintah sebelum kudeta menjadi "lumpuh".