Advertisement
Advertisement
Advertisement
INFOGRAFIS INDEKS
Advertisement

Aktivis Wanita Ini Memaafkan Para Pria yang Memperkosa dan Membunuh Anggota Keluarganya

Agregasi BBC Indonesia , Jurnalis-Rabu, 14 April 2021 |15:48 WIB
Aktivis Wanita Ini Memaafkan Para Pria yang Memperkosa dan Membunuh Anggota Keluarganya
Aktivis wanita Fanny Escobar (Foto: BBC)
A
A
A

KOLOMBIA - Fanny Escobar, seorang perempuan yang menjadi pemimpin gerakan sosial di Kolombia bagian barat laut, mengaku tidak punya air mata lagi.

Escobar adalah pemimpin komunitas, satu dari banyak pemimpin di Kolombia.

Dia memimpin sebuah organisasi bernama Mujeres del Plantón, yang berjuang untuk selalu bersuara, untuk mencegah anak-anak mereka jatuh ke dalam kejahatan, untuk mencegah pelecehan, dan untuk mendapatkan keadilan ketika pelecehan tidak dapat dihentikan.

"Dengarkan suara saya," dia memberitahu.

"Saat saya berbicara, suara sudah pecah dan memudar. Tapi saya tidak menangis. Saya tidak punya air mata untuk menangis,” terangnya.

Sebaliknya, ketika Escobar berduka, tangannya mulai gemetar dan ia menggigil.

Usai Escobar selesai menceritakan pengalaman selama 57 tahun hidupnya di wilayah Urabá yang dilanda perang, dia tampak menjadi sedingin es.

(Baca juga: Iran Akui Fasilitas Nuklirnya Rusak Parah setelah Serangan Sabotase)

Escobar telah melalui banyak penderitaan, mulai dari pemerkosaan, ancaman pembunuhan dari gerilyawan dan paramiliter, serta dipaksa pindah dan menjadi pengungsi.

Dia juga harus menghadapi pembunuhan terhadap salah satu anak kandungnya, beberapa anak angkatnya, dan suaminya - yang juga pernah melakukan kekerasan saat pulang mabuk.

Escobar bahkan mengatakan, penyakit kanker di tubuhnya adalah akibat dari trauma perang masa lalu.

"Semua rasa sakit itu, baju besi yang harus saya kenakan, menghancurkan saya di dalam dan mengambil payudara saya. Kankernya menyebar. Sekarang saya hampir tidak bisa melihat dengan mata kanan. Saya meracuni tubuh ini sendiri dengan rasa sakit itu, kemarahan itu. Hari ini, kanker adalah musuh terburuk saya,” urainya.

Apa yang akan Escobar katakan kepada orang-orang yang mungkin menyebut kisah hidupnya tampak seperti di luar film?

(Baca juga: Demi Bulan Madu, Calon Pengantin Ini Rela Jual Kokain dan Heroin Seharga Rp1,2 Miliar)

"Ada perempuan pribumi yang diperkosa tujuh atau delapan kali, dan diperkosa masih di wilayah mereka sendiri ... Kisah hidup saya tidak sebanding dengan apa yang terjadi di sana," jelasnya.

Escobar sekali lagi mendapat ancaman oleh geng yang melihat kepemimpinannya sebagai gangguan - kelompok yang terkait dengan organisasi paramiliter yang sama yang telah mengejarnya selama beberapa dekade.

Ini bukan ancaman kosong. Pada 2020 lalu, terdapat 309 pemimpin sosial tewas di Kolombia, dan hanya dalam tiga bulan pertama tahun ini 40 orang meninggal - data lembaga pemikir lokal Indepaz.

Escobar tahu dia bisa segera masuk dalam data statistik yang menempatkan Kolombia sebagai salah satu negara paling berbahaya di dunia bagi para pembela hak asasi manusia.

"Tapi saya tidak takut mati. Saya selalu mengatakan bahwa saya dilahirkan untuk mati," ujarnya.

      
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Telusuri berita news lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement