Pada Senin (22/4/2021), Tokyo mengumumkan akan melepaskan air limbah dari pembangkit nuklir Fukushima, yang meleleh pada 2011, ke laut "dalam waktu sekitar dua tahun" karena kapasitas untuk menyimpan cairan tersebut habis. Rencana tersebut, yang telah banyak dikabarkan menjadi pilihan yang disukai Tokyo, mendapat kecaman dari negara-negara` tetangga Jepang.
Pada 2020, Greenpeace mengklaim bahwa air yang seharusnya diolah masih mengandung “tingkat karbon-14 yang berbahaya,” zat radioaktif yang “berpotensi merusak DNA manusia”. Lebih dari satu juta ton air limbah, yang mengandung radioaktif tritium, telah terkumpul sejak pelelehan tersebut.
(Rahman Asmardika)