“Besok kita akan menelaah lebih detai tentang isi pemberitaan. Yang jelas dari rapat tadi sudah mengemuka soal pemberitaan Jubi yang mengarah pada suatu pernyataan atau pemberitaan yang tidak bertangungjawab. Masa begitu cepat dinyatakan sebagai mata-mata, padahal itu adalah seorang guru,” katanya.
“Harusnya membuat suatu berita itu, ada konfirmasi kepada pihak terkait sehingga tidak asal berita. Kami ada divisi hukum yang akan menelaah. Jika itu menyangkut pidana, kami akan ke Polda Secepatnya untuk disikapi dan kami minta Kapolda harus tindak, karena sudah meresahkan orang banyak di pedalaman,” sambungnya.
Untuk itu, Junaedi meminta agar dalam pemberitaan lebih mengedepankan kesejukkan, bukan sebaliknya yang bisa membuat kegaduhan di tengah bulan Ramadhan.
“Ini tidak boleh terjadi, secara jurnalis harus berimbang. Sampai hari ini saja disana, tidak ada berita bela sungkawa, sedikit pun rasa empati tidak ada bahwa dia sudah meninggal atau sudah dibunuh, mungkin karena berita itu juga, membuat takut. Apakah seluruh pendatang ini mata-mata. Apalagi situasi politik di Papua sedang panas soal pembahasan Otsus. Sehingga hindari jangan sampai terjadi, kita hidup di Papua itu ingin damai, jangan hanya slogan saja,” ujarnya.
Sebelumnya, pada laman Jubi Online dengan judul ‘Guru di Beoga, Puncak ditembak karena kerap dijumpai membawa pistol’ yang terbit pada 9 April 2021 menebutkan seorang warga sipil di Beoga, Kabupaten Puncak kepada Jubi, Jumat (9/4/2021) membenarkan penembakan terhadap seorang guru di Beoga oleh Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat (TPNPB), Penulis Berita didalam halaman itu menyebutkan Viktor Mambor editornya.
Guru honorer SD Inpres Kelemabet Beoga, Kabupaten Puncak bernama Oktovianus Rayo (40) ini ditembak dua kali hingga meninggal dunia pada Kamis (8/4/2021) sekitar pukul 10.00 WP di Kampung Julogoma, Distrik Beoga.
“Benar, bapak guru almarhum Oktovianus Rayo ditembak mati. Almarhum adalah guru honorer tapi juga berdagang. Dia juga dicurigai mata-mata aparat keamanan. Sebab beberapa kali masyarakat jumpai dia sedang bawa pistol. Sehingga mereka (TPNPB) menembak mati dia,” kata warga Beoga ini kepada Jubi melalu sambungan telepon.
(Sazili Mustofa)