TANGERANG SELATAN - Indonesia kehilangan salah satu sastrawannya. Dimana Radhar Panca Dahana meninggal dunia pada Kamis 22 April 2021. Kediaman rumah duka di Vila Pamulang pun dipenuhi berbagai karangan bunga.
Salah satu karangan bunga berdiri megah di depan pintu masuk rumah bercat hijau muda itu. Karangan itu nampak berbeda dengan yang lainnya lantaran dikirimkan oleh Presiden Joko Widodo (Jokowi) dan keluarga.
Selain dari Jokowi, karangan bunga lainnya dikirim oleh berbagai kalangan lintas profesi, dari mulai politisi DPR RI, birokrat, grup musik, hingga komunitas aktivis yang selama ini mengagumi sosok Radhar.
Oleh pihak keluarga, jenazahnya pagi ini langsung dimandikan. Rencananya, selepas salat Jum'at nanti jenazah akan dimakamkan di TPU Tanah Kusir, Bintaro, Jakarta Selatan.
"Siang ini, habis jumat," tutur Ratih (54), adik kandung almarhumah, Jumat (23/04/21).
Para pelayat belum terlalu ramai mendatangi kediaman almarhum. Hanya terlihat beberapa perwakilan keluarga yang memang sudah berada di lokasi sejak malam tadi.
Baca Juga: Sastrawan Radhar Panca Dahana Meninggal Dunia
Nama Radhar Panca Dahana diketahui dikenali lewat karya-karyanya di bidang sastra, esai, cerita pendek, hingga puisi. Dia merupakan lulusan Sosiologi FISIP Universitas Indonesia (UI) dan studi Sosiologi di École des Hautes Études en Science Sociales, Paris, Prancis (2001).
Kemampuannya dalam bidang menulis sudah terlihat sejak umur 5 tahun. Kepiawaian dalam bidang tersebut kemudian membawanya menjadi seorang cerpenis.
Dia diketahui memulai debutnya sebagai seorang sastrawan pada usia 10 tahun lewat cerpen Tamu Tak Diundang. Dia juga menapaki karir sebagai reporter lepas di sebuah majalah remaja, Zaman.
Dia juga sempat menjadi redaktur tamu di majalah Kawanku pada tahun 1977. Selain sudah menulis banyak buku, dia juga menerima sejumlah penghargaan baik dari dalam maupun luar negeri.
Radhar juga pernah bergabung dalam Bengkel Teater Rendra bersama Sitok Srengenge, Adi Kurdi, dan lain-lain. Ketokohannya sebagai sastrawan dan budayawan menjadikannya sering diundang sebagai narasumber di berbagai diskusi, seminar, dan wawancara di televisi.
(Khafid Mardiyansyah)