PORT AU PRINCE - Pasukan keamanan Haiti pada Rabu (7/7/2021) terlibat baku tembak sengit dengan kelompok bersenjata yang membunuh Presiden Jovenel Moise di rumahnya. Pembunuhan Moise semakin menjerumuskan Haiti, yang telah dilanda kekerasan, dalam kekacauan.
Direktur Jenderal Kepolisian Haiti Leon Charles pada Rabu malam mengatakan petugas telah membunuh empat “tentara bayaran” dan menangkap dua orang lagi, yang terlibat dalam pembunuhan Presiden Moise. Dia menambahkan bahwa pasukan keamanan tidak akan beristirahat sampai kelompok itu ditangani semua.
BACA JUGA:Â Presiden Haiti Tewas Dibunuh di Rumahnya, Istrinya TertembakÂ
"Kami memblokir mereka dalam perjalanan saat mereka meninggalkan TKP," katanya sebagaimana dilansir Reuters. "Sejak itu, kami bertempur dengan mereka."
"Mereka akan dibunuh atau ditangkap."
Moise, seorang mantan pengusaha berusia 53 tahun yang menjabat pada 2017, ditembak mati, sementara istrinya Martine Moise, terluka parah ketika pembunuh bersenjata berat menyerbu rumah pasangan itu di perbukitan di atas Port-au-Prince sekitar pukul 1 pagi waktu setempat.
BACA JUGA:Â AS Kutuk Gelombang Kekerasan dan Pelanggaran HAM di Haiti
Duta Besar Haiti untuk Amerika Serikat (AS), Bocchit Edmond, mengatakan kepada Reuters dalam sebuah wawancara bahwa orang-orang bersenjata itu menyamar sebagai agen Administrasi Penegakan Narkoba AS (DEA) ketika mereka memasuki kediaman Moise. Para penyerang menyelinap dengan memanfaatkan kegelapan malam.
Pembunuhan itu, yang menuai kecaman dari Washington dan negara-negara tetangga Amerika Latin, terjadi di tengah kerusuhan politik, gelombang kekerasan geng, dan krisis kemanusiaan yang berkembang di negara termiskin di Amerika itu.