Buku-buku sejarah menunjukkan bahwa siulan itu berasal dari setidaknya tahun 1402 selama penaklukan awal Kepulauan Canaria oleh Spanyol, walaupun warisan Bahasa Silbo Gomero ini sebelumnya sering diperdebatkan.
Penelitian berbasis DNA yang diterbitkan pada tahun 2019 oleh Universitas La Laguna di Tenerife telah mencocokkan penduduk awal La Gomera, Guanches, dengan Berber (sekarang dikenal secara lokal sebagai Amazigh).
Penduduk asli ini menjelajahi wilayah Afrika Utara lebih dari 3.000 tahun yang lalu dan berkomunikasi melalui siulan.
Oleh karena itu, secara luas diyakini bahwa pemukim Spanyol di pulau itu mengadaptasi bahasa siulan penduduk awal La Gomera agar sesuai dengan bahasa ibu mereka.
Bahasa siulan di La Gomera menemukan tempatnya di Kepulauan Canaria selama tiga tahun penaklukan Spanyol.
Bahkan kemudian diikuti emigrasi warga Gomeros ke Amerika Selatan - tetapi hanya bertahan di satu pulau lain di Canaries yaitu El Hierro, di mana siulan masih sesekali digunakan di kalangan warga lanjut usia.
Silbo Gomero menyesuaikan diri dengan medan wilayah di La Gomera - yaitu jurang yang dalam - sehingga memungkinkan penduduk setempat untuk berkomunikasi dengan suara hanyut dan menusuk yang dapat menempuh jarak beberapa kilometer.
Dari atas jurang, penduduk setempat bersiul akan mengumumkan suatu acara, meminta ternak dibawa, memperingatkan bahaya yang akan datang, atau bahkan mengumumkan kematian anggota keluarga. "Ini menyelamatkan banyak pendakian," kata Darias.
Pada tahun 1950-an, bahasa Silbo Gomero begitu sering digunakan sehingga terjadi antrian para petani yang menunggu untuk mengirim instruksi melintasi lembah.
"Itu adalah medan yang sulit untuk dikerjakan - tidak ada yang mau naik turun jurang untuk menyampaikan pesan. Karena itu, begitu banyak percakapan melalui siulan terjadi pada saat yang bersamaan, dan kami harus menunggu giliran," ungkapnya.
"Siualan itu seperti lalu lintas!" terangnya.