Dia menjelaskan tidak ada perjanjian gencatan senjata dengan pemerintah Afghanistan di cakrawala saat Taliban melanjutkan keuntungan militernya. Dia juga menyalahkan pemerintah Afghanistan karena memulai pertempuran baru-baru ini.
"Pemerintah Afghanistan adalah orang yang memilih untuk memulai perang di berbagai provinsi," kata Wardak kepada jaringan berita Al Jazeera Arabic.
"Langkah-langkah yang diambil (yang) Taliban adalah sebagai tanggapan dan reaksi terhadap serangan dan tindakan pemerintah,” terangnya.
Kedutaan Besar AS di Kabul telah mengkritik serangan Taliban di kota-kota Afghanistan, mengatakan pada hari Minggu bahwa tindakannya untuk "memaksakan aturannya tidak dapat diterima dan bertentangan dengan klaimnya untuk mendukung penyelesaian yang dinegosiasikan dalam proses perdamaian Doha."
"Mereka menunjukkan ketidakpedulian terhadap kesejahteraan dan hak-hak warga sipil dan akan memperburuk krisis kemanusiaan negara ini," ujar kedutaan.
Pekan lalu, Menteri Luar Negeri Afghanistan Mohammad Haneef Atmar mengatakan bahwa serangan Taliban baru-baru ini telah menewaskan lebih dari 3.000 orang di seluruh negeri dan membuat lebih dari 300.000 mengungsi dalam beberapa bulan terakhir.
Sekitar 5.183 korban tercatat dalam enam bulan pertama tahun ini - meningkat 47% dari 2020 - Misi Bantuan PBB di Afghanistan (UNAMA) mengatakan dalam sebuah laporan Juli lalu. Laporan itu mencatat bahwa kematian dan cedera melonjak tajam sejak Mei lalu, ketika AS dan sekutunya mulai menarik pasukan.
(Susi Susanti)