TIGRAY - Front Pembebasan Rakyat Tigray (TPLF) mengatakan sekitar 150 orang meninggal karena kelaparan di wilayah Tigray yang dilanda perang di Ethiopia pada Agustus lalu.
TPLF mengatakan 150 kematian tercatat di zona tengah, selatan dan timur Tigray, serta di kamp-kamp di kota Shire - tempat kelahiran pemimpin kelompok itu Debretsion Gebremichael.
"Satu juta orang berisiko kelaparan fatal jika mereka dilarang menerima bantuan penyelamatan jiwa dalam beberapa hari ke depan," terangnya.
Ini adalah kematian terkait kelaparan pertama yang dilaporkan TPLF sejak para pejuangnya merebut kembali sebagian besar wilayah itu dari pasukan federal pada Juni lalu.
Tidak ada konfirmasi independen dari pernyataan ini. Pemerintah federal belum menanggapi pernyataan TPLF.
(Baca juga: Pemberontak Berhasil Duduki Kota Warisan Dunia Unesco)
Dalam sebuah pernyataan pada Senin (6/9), TPLF mengatakan stok makanan menipis di Tigray. Orang-orang yang tinggal di kamp-kamp setelah mengungsi akibat konflik tidak menerima bantuan. Masyarakat kehabisan makanan.
Dalam wawancara dengan BBC Tigrinya, kepala pertanian TPLF Atinkut Mezgebo mengatakan bahwa orang-orang sekarat di depan mata.
"Di desa-desa dan kota-kota, ada kekurangan makanan dan obat-obatan, dan krisis mungkin lebih besar dari yang kita ketahui," ujarnya.
Dr Atinkut mengatakan bahwa perempuan dan anak-anak adalah korban utama kelaparan.
"Sebelumnya, orang membagikan apa yang mereka miliki, tetapi sekarang mereka tidak punya apa-apa untuk dimakan," tambahnya.
Sulit untuk mengkonfirmasi rincian tentang apa yang terjadi di Tigray karena komunikasi telepon dan internet telah terputus.