KABUL - Taliban pada Selasa (2/11/2021) mengumumkan larangan total penggunaan mata uang asing di Afghanistan. Langkah ini dipastikan akan menyebabkan gangguan lebih lanjut terhadap ekonomi yang didorong ke ambang kehancuran oleh penarikan tiba-tiba dukungan internasional.
Langkah mengejutkan itu diumumkan terjadi beberapa jam setelah setidaknya 25 orang tewas dan lebih dari 50 orang terluka ketika orang-orang bersenjata menyerang rumah sakit militer terbesar Afghanistan setelah dua ledakan besar di lokasi di Kabul tengah.
Ledakan dan Pertempuran Pecah di Rumah Sakit Militer Kabul, Setidaknya 25 Orang Tewas
"Situasi ekonomi dan kepentingan nasional di negara itu mengharuskan semua warga Afghanistan menggunakan mata uang Afghanistan dalam setiap perdagangan mereka," kata Taliban dalam sebuah pernyataan yang dibagikan kepada wartawan oleh salah satu juru bicara mereka.
Penggunaan dolar Amerika Serikat (AS) tersebar luas di pasar Afghanistan, sementara daerah perbatasan menggunakan mata uang negara tetangga seperti Pakistan untuk perdagangan.
BACA JUGA: Wamenkeu AS : Taliban Tak Diizinkan Akses Dana Cadangan Bank Sentral Afghanistan
Pemerintah Taliban mendesak untuk melepaskan miliaran dolar cadangan bank sentral ketika negara yang dilanda kekeringan itu menghadapi krisis uang tunai, kelaparan massal, dan krisis migrasi baru.
Afghanistan memarkir aset miliaran dolar di luar negeri dengan Federal Reserve AS dan bank sentral lainnya di Eropa, tetapi uang itu telah dibekukan sejak Taliban menggulingkan pemerintah yang didukung Barat pada Agustus.
Kepergian pasukan pimpinan AS dan banyak donor internasional meninggalkan negara itu tanpa hibah yang membiayai tiga perempat belanja publik.
Kementerian keuangan mengatakan pihaknya mengambil pajak harian sekitar 400 juta orang Afghanistan (USD4,4 juta).
Meskipun kekuatan Barat ingin mencegah bencana kemanusiaan di Afghanistan, mereka menolak untuk secara resmi mengakui pemerintah Taliban.
(Rahman Asmardika)