NEW YORK – Seorang pakar memperingatkan kapal selam nuklir semakin berisiko bertabrakan di Laut China Selatan.
Wu Shicun, Presiden Institut Nasional untuk Studi Laut China Selatan, mengeluarkan peringatan itu ketika angkatan laut China dan Amerika Serikat (AS) terus meningkatkan penempatan mereka di perairan yang diperebutkan.
Dia khawatir aliansi Aukus baru yang dibentuk AS, Inggris dan Australia bulan lalu dapat menambah risiko itu karena bagian penting dari pakta tersebut adalah mengembangkan armada kapal selam nuklir Australia.
Berbicara di forum hubungan internasional di Beijing, Wu juga mengatakan bahwa dokumen tidak mengikat yang ditandatangani oleh China dan AS pada 2014 tentang aturan perilaku untuk pertemuan udara dan maritim "mungkin tidak efektif pada saat-saat kritis".
 Baca juga: Angkatan Laut AS Pecat 3 Komandan Kapal Selam Nuklir yang Tabrak Gunung Bawah Laut
Dikutip South China Morning Post, Wu mengatakan risiko tabrakan kapal selam "sudah dekat" karena China dan AS sama-sama mengembangkan kapal selam nuklir dan mengirimnya ke Laut China Selatan.
“Jumlah [kapal selam] nuklir di Laut China Selatan dan Selat Taiwan akan meningkat. [Apakah] ada aturan umum yang harus dipatuhi oleh kapal semacam itu?,” lanjutnya.
Wu menyoroti insiden yang nyaris kecelakaan pada 2018, ketika sebuah kapal perusak China kelas Luyang berlayar hanya dalam jarak 41 meter (134 kaki) dari kapal perusak kelas Arleigh Burke USS Decatur, dan mereka hampir bertabrakan di Gaven Reef di Laut China Selatan.
 Baca juga: Penyelidikan Ungkap Kapal Selam Nuklir AS Tabrak Gunung Bawah Laut di Pasifik
Follow Berita Okezone di Google News