2. Ranavalona
Ranavalona I lahir dengan nama Rabodoandrianampoinimerina (Ramavo) sekitar tahun 1778 . Dia dikenal dengan nama Ranavalo-Manjaka I, penguasa Kerajaan Madagaskar dari tahun 1828 hingga 1861. Ia menjadi ratu setelah kematian suami mudanya, Radama I.
Ranavalona menerapkan kebijakan isolasionisme dan swasembada, mengurangi hubungan ekonomi dan politik dengan negara-negara Eropa, memukul mundur serangan Prancis di kota pesisir Foulpointe, dan mengambil langkah-langkah keras untuk membasmi pergerakan Kristen di Madagaskar yang sebelumnya diprakarsai anggota London Missionary Society pada masa pemerintahan Radama I.
Selain itu, dia juga kerap melakukan praktik tradisional fanompoana, yakni kerja paksa sebagai pembayaran pajak untuk menyelesaikan proyek-proyek pekerjaan umum. Dia juga memaksa orang wajib militer (wamil) yang mencapai 20.000 hingga 30.000 orang.
Tingkat kematian di kalangan prajurit dan rakyat jelata pada masa kekuasaannya selama 33 tahun sangatlah tinggi akibat peperangan, wabah penyakit, kerja paksa dengan kondisi yang buruk, dan sistem peradilan yang kejam.
Akibat kebijakannya, Ranavalona menuai kecaman dari orang-orang Eropa yang sezaman dengannya, dan ia digambarkan sebagai seorang tiran atau bahkan sebagai orang gila. Citra negatif ini masih terus berlanjut di dalam literatur-literatur sejarah Barat hingga pertengahan dasawarsa 1970-an.