Advertisement
Advertisement
Advertisement
INFOGRAFIS INDEKS
Advertisement

Kerusuhan Berdarah Pecah di Kazakhstan, Rusia Kirimkan Pasukan

Rahman Asmardika , Jurnalis-Jum'at, 07 Januari 2022 |05:52 WIB
Kerusuhan Berdarah Pecah di Kazakhstan, Rusia Kirimkan Pasukan
Petugas berseragam terlihat dalam kerusuhan di Almaty, Kazakhstan, 5 Januari 2022. (Foto: Reuters)
A
A
A

ALMATY – Kerusuhan pecah di kota-kota utama Kazakhstan, menewaskan puluhan orang pada Kamis (6/1/2022). Di tengah situasi ini Rusia mengirimkan pasuaknnya untik memadamkan kerusuhan dan kekacauan di salah satu sekutu dekat Moskow itu.

Polisi di Almaty, salah satu kota utama Kazakhstan, mengatakan mereka telah membunuh puluhan perusuh semalam hingga Kamis dini hari. Pihak berwenang mengatakan setidaknya 18 anggota pasukan keamanan tewas, termasuk dua ditemukan dipenggal. Lebih dari 2.000 orang ditangkap.

BACA JUGA: Presiden Kazakhstan Mendadak Mengundurkan Diri Setelah Berkuasa Hampir Tiga Dekade

Kantor wali kota dan kediaman presiden di Almaty terbakar setelah konfrontasi antara pengunjuk rasa dan tentara yang berlangsung semalaman.

Personel militer mendapatkan kembali kendali atas bandara utama, yang sebelumnya direbut oleh pengunjuk rasa. Pertempuran baru antara pengunjuk rasa dan tentara kembali pecah di alun-alun utama Almaty pada Kamis malam, lokasi itu diduduki secara bergantian oleh pasukan dan ratusan pengunjuk rasa sepanjang hari.

Wartawan Reuters mendengar ledakan dan tembakan ketika kendaraan militer dan sejumlah tentara maju, meskipun penembakan berhenti lagi setelah malam tiba. Kantor berita TASS mengutip para saksi yang mengatakan orang-orang telah tewas dan terluka dalam penembakan itu.

BACA JUGA: Kassym-Jomart Tokayev Dilantik Menjadi Presiden Baru Kazakhstan

Pengerahan Rusia adalah pertaruhan oleh Kremlin bahwa kekuatan militer yang cepat dapat mengamankan kepentingannya di negara Asia Tengah yang memproduksi minyak dan uranium, dengan segera menghentikan kekerasan terburuk dalam 30 tahun kemerdekaan Kazakhstan.

Internet ditutup di seluruh negeri, mengganggu penambangan bitcoin di salah satu penambang mata uang kripto terbesar di dunia dan membuatnya tidak mungkin untuk mengukur tingkat kerusuhan.

Tetapi kekerasan itu belum pernah terjadi sebelumnya di negara yang diperintah dengan tegas sejak zaman Soviet oleh pemimpin Nursultan Nazarbayev, (81 tahun), yang memegang kendali meskipun mengundurkan diri tiga tahun lalu sebagai presiden.

Penerus yang dipilih Nazarbayev, Presiden Kassym-Jomart Tokayev, mengatakan dia memanggil aliansi militer yang dipimpin Moskow dari negara-negara bekas Soviet. Dia menyalahkan kerusuhan pada teroris terlatih asing yang katanya telah menyita bangunan dan senjata.

"Ini adalah serangan terhadap warga kami yang meminta saya... untuk membantu mereka segera," katanya sebagaimana dilansir Reuters.

Moskow mengatakan akan berkonsultasi dengan Kazakhstan dan sekutunya tentang langkah-langkah untuk mendukung "operasi kontra-teroris" di negara itu. Kremlin juga menggaungkan pernyataan Tokayev bahwa pemberontakan itu dipicu oleh pihak asing.

Baik Kazakhstan maupun Rusia tidak memberikan bukti untuk mendukung klaim tersebut.

Moskow tidak mengungkapkan berapa banyak pasukan yang dikirim ke Kazakhstan, dan tidak mungkin untuk menentukan apakah pasukan itu terlibat dalam kerusuhan pada Kamis.

Sekretaris jenderal aliansi bekas Soviet, Organisasi Perjanjian Keamanan Kolektif, mengatakan kepada kantor berita RIA bahwa pasukan penjaga perdamaian secara keseluruhan akan berjumlah sekira 2.500 dan dapat diperkuat jika perlu.

Operasi itu diharapkan menjadi misi singkat "beberapa hari atau minggu", katanya seperti dikutip RIA.

Amerika Serikat mengatakan sedang memantau dengan cermat laporan pengerahan itu dan menambahkan bahwa pihaknya memiliki pertanyaan tentang apakah pasukan Rusia diundang secara sah ke Kazakhstan.

(Rahman Asmardika)

      
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Topik Artikel :
Berita Terkait
Telusuri berita news lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement