Pasangan itu kemudian pergi ke Belgia, negara asal Huylebroek, untuk menunggu hingga penerbangan reguler ke Selandia Baru tersedia. Bellis tahu kewarganegaraannya berarti dia tidak bisa tinggal di Uni Eropa (UE) terlalu lama, jadi dia juga mencoba untuk mendapatkan tempat di fasilitas Managed Isolation and Quarantine (MIQ) di Selandia Baru, tetapi tidak berhasil.
Dan ketika pembukaan kembali perbatasan ditunda oleh pihak berwenang di Wellington karena munculnya varian Omicron, Bellis hanya memiliki satu tujuan yang bisa dia kunjungi, Kabul. Baik dia maupun Huylebroek dan masih memiliki visa yang memungkinkan mereka untuk tinggal di Afghanistan.
Reporter itu mengatakan dia mengatur pertemuan dengan kontak senior Taliban, menanyakan apakah akan ada "masalah" jika dia datang ke ibu kota Afghanistan itu dengan pasangannya, mengingat fakta bahwa dia hamil dan mereka bukan pasangan yang sudah menikah.
Ternyata, pihak Taliban menyatakan akan menyambutnya dan memberikan perlindungan.
“Tidak, kami senang untuk Anda, Anda bisa datang dan Anda tidak akan mendapat masalah,” jawab seorang pejabat Taliban, menurut Bellis. “Katakan saja kepada orang-orang bahwa Anda sudah menikah dan jika itu (situasi) meningkat, hubungi kami. Jangan khawatir. Semuanya akan baik-baik saja."
“Ketika Taliban menawarkan Anda, seorang wanita hamil yang belum menikah, tempat yang aman, Anda tahu situasi Anda kacau,” tulisnya sebagaimana dilansir RT.
Bellis saat ini berada di Kabul, tetapi dia tidak ingin benar-benar melahirkan di Afghanistan karena situasi yang bergejolak dan kondisi kesehatan yang buruk di negara itu.