 
                JAKARTA - Pada 1 Februari 1979, Ayatollah Ruhollah Khomeini kembali ke Iran dengan penuh kemenangan setelah 15 tahun diasingkan oleh Pemerintahan Shah. Kepulangan Khomeini terjadi dua pekan setelah Shah dan keluarganya meninggalkan negara itu dan Revolusi Islam yang mendorong pemerintahan fundamentalis di bawah kepemimpinan Khomeini bergulir di Iran.
Lahir pada September 1902 Ruhollah Khomeini adalah putra seorang ulama Islam dan di masa mudanya menghafal Al Quran. Dia adalah seorang ulama Syiah, cabang Islam yang dipraktikkan oleh mayoritas orang Iran, dan mengikuti studi formal di Kota Qom.
Sebagai seorang ulama yang taat, dia semakin dikenal dan naik dalam hierarki Syiah, menarik banyak murid.
Pada 1941, pasukan Inggris dan Soviet menduduki Iran dan mengangkat Mohammad Reza Pahlavi sebagai shah modern kedua Iran. Shah baru ini memiliki hubungan dekat dengan Barat, dan pada 1953 agen intelijen Inggris dan Amerika Serikat (AS) membantunya menggulingkan saingan politiknya yang populer.
Mohammad Reza menganut banyak ide Barat dan pada 1963 meluncurkan "Revolusi Putih," program pemerintah yang luas yang menyerukan pengurangan properti agama dengan alasan distribusi ulang tanah, persamaan hak bagi perempuan, dan reformasi modern lainnya.
Khomeini, yang pada saat itu dikenal dengan gelar ulama tinggi Syiah atau “ayatollah,” adalah pemimpin agama pertama yang secara terbuka mengutuk program westernisasi oleh Shah.
Dalam sebuah pidato yang berapi-api dari Seminari Faziye di Qom, Khomeini menyerukan penggulingan Shah dan pendirian negara Islam. Pada 1963, Mohammad Reza memenjarakannya, yang menyebabkan kerusuhan, dan pada tanggal 4 November 1964, mengusirnya dari Iran.