1. Pendahuluan
Stunting adalah kondisi gagal tumbuh kembang anak di bawah usia 2 tahun akibat malnutrisi kronis dan infeksi berulang. Kasus stunting menyebabkan persoalan pada sumber daya manusia dalam jangka panjang sebab akan menciptakan generasi yang mempunyai daya saing yang rendah, meningkatkan beban pembiayaan negara di sektor kesehatan, memperpendek usia harapan hidup (UHH) dan meningkatkan risiko terjadinya mortalitas dan morbiditas.
Pengertian Stunting tidak bisa diartikan kerdil atau cebol (stunted). Penderita stunting pasti stunted namun tidak semua stunted adalah stunting. Masih sulit mencari padanan dalam bahasa Indonesia untuk menterjemahkan stunting sehingga memakai kata stunting masih lebih baik. Tidak sedikit tokoh nasional atau dunia dengan tinggi badan dibawah rata-rata namun mempunyai tingkat intelegensi diatas rata-rata. Tokoh-tokoh tersebut tidak mengalami stunting tetapi hanya stunted. Penderita stunting mengalami gagal tumbuh dan kembang. Gagal tumbuh berkaitan dengan tinggi badan sementara gagal kembang berkaitan dengan perkembangan kognitif kemudian menentukan tingkat kecerdasan. Stunted hanya mengalami masalah gagal tumbuh yaitu tinggi badan dibawah rata tetapi tidak mengalami gagal kembang sehingga kemampauan kognitifnya tidak terganggu.
Pertemuan 189 negara anggota PBB menyepakati Millineum Development Goals (MDGs) tahun 2000 dan berakhir tahun 2015 yang menyisakan “PR” diantaranya belum tercapainya target Angka Kematian Ibu (AKI) melahirkan, Angka Kematian Bayi (AKB), penyakit menular (HIV/AIDS, Malaria). MDGs kemudian dilanjutkan dengan Sustainable Development Goals (SDGs) pada tahun 2015 dimana salah satu target yang akan dicapai pada tahun 2030 adalah memastikan kehidupan yang sehat dan mendukung kesejahteraan bagi semua dengan target mengurangi rasio angka kematian ibu dan mengakhiri kematian yang dapat dicegah pada bayi baru lahir dan balita. Prevalensi stunting ditargetkan 14% tahun 2024. Saat ini prevelensi stunting di Indonesia sekitar 25% (tahun 2019 sebesar 27,67% dengan asumsi penurunan sekitar 1%) sehingga untuk mencapai target SDGs 2024 diperlukan penurunan stunting rata-rata diatas 3% pertahun.
I. Pentingnya Penanggulangan Stunting
Mencapai target penanggulangan stunting membawa manfaat yang sangat besar terhadap kehidupan bangsa dan negara. Secara garis besar, penanggulangan stunting akan menciptakan generasi unggul dimasa mendatang sehingga mempunyai daya saing global untuk memperkuat Negara Kesatuan Republik Indonesia. Pentingnya penaggulangan stunting akan diuraikan sebagai berikut:
1. Menurunkan risiko kematian anak dan ibu
Kesakitan dan kematian di Indonesia sejak tahun 1990 ke 2017 dipengaruhi oleh perubahan transisi demografi dan teknologi menyebabkan terjadinya transisi epidemiologi penyakit. Transisi epidemiologi penyakit dikenal dengan triple burden disease yaitu penyakit menular (communicable disease) masih menjadi masalah, penyakit tidak menular (non communicable disease) semakin bertambah dan penyakit infeksi baru (new emerging disease) atau penyakit yang pernah dinyatakan hilang (re-emerging disease) muncul kembali.
Kematian pada anak dan ibu masih didominasi oleh penyakit menular, masalah gizi dan KIA. Angka kematian bayi dan balita telah berkurang dari separuh antara tahun 1990 sampai 2017 namun masih dianggap masih menjadi masalah karena menyebabkan kesakitan dan kematian. Penyakit penyebab kematian pada bayi dan balita adalah pneumonia, penyakit bawaan, diare (19% dan komplikasi neonatal, cedera, campak dan malaria di daerah endemis akibat dari risiko hidup di kondisi lingkungan yang buruk dan perilaku yang tidak sehat). Sementara penyebab kematian ibu hamil karena terinfeksi HIV.
Tingkat kerentanan anak mengalami infeksi sangat dipengaruhi oleh tingkat imunitas. Stunting menurunkan tingkat imunitas sehingga lebih mudah mengalami penyakit infeksi. Kejadian stunting diawali pada 1000 Hari Pertama Kehidupan (HPK). 1000 HPK meliputi 270 hari usia janin di dalam kandungan (usia 9 bulan) dan 730 hari setelah lahir (usia 24 bulan). Bayi dari seorang ibu yang mendapatkan asupan gizi yang cukup dan seimbang cenderung akan melahirkan bayi terhindar dari stunting. Pada masa ini perkembangan organ-organ tubuh sudah mulai terbentuk dan terus kembang menjadi optimal. Anak yang sehat tidak mengalami stunting mempunyai rsiko mengalami infeksi lebih kecil sehingga menurunkan risiko terjadinya kematian anak dan ibu akibat penyakit infeksi.