Advertisement
Advertisement
Advertisement
INFOGRAFIS INDEKS
Advertisement

Optimisme Penanggulangan Stunting di Indonesia

Opini , Jurnalis-Selasa, 01 Februari 2022 |18:23 WIB
Optimisme Penanggulangan <i>Stunting</i> di Indonesia
Lukman Waris. (Foto: Dok Pribadi)
A
A
A

Stunting membawa konsekuensi risiko mortalitas dan morbiditas yang lebih tinggi. Kehidupan selanjutnya skor kognitif yang rendah, dan dalam jangka panjang mempunyai risiko terjadinya sindrom metabolik berdampak pada meningkatkan prevalensi diabetes melitus, hipertensi, dislipidemia, kanker, stroke, ginjal, dan penyakit tidak menular lainnya.

Berdasarkan Riskesdas 2018, masalah gizi yang dihadapi adalah gizi buruk (3,9%) dan kurang (13,8%), balita pendek (18%) dan sangat pendek (19,2%). Masalah KIA dalah ANC (96%), K4 (74%), kunjungan neonatal pertama yaitu 6-28 jam (84,1%, imunisasi dasar lengkap (59,2%) dan masih ada 9,2% tidak imunisasi, pemberian ASI (50%) dengan ASI ekslusif (37,3%), obesitas 21,8%, overweight 13,6% dan BBLR (6,2%). Angka-angka yang berkaitan dengan stunting mengisyaratkan kita bahwa masih yang banyak perlu dilakukan dalam rangka mengurangi prevalensi stunting.

2. Menciptakan generasi yang unggul

Pertumbuhan dan perkembangan yang optimal hanya akan dicapai bila anak tidak stunting. Perkembangan diterjemahkan kemampuan kognitif anak mencapai tingkat kecerdasan maksimal yang berdampak pada kemampuan menyerap ilmu dan mengikuti pelajaran selama di sekolah. Anak yang cerdas mempunyai daya saing yang tinggi sehingga menjadi generasi unggul pada tingkat global.

Prevalensi stunting yang rendah bukan hanya menciptakan generasi unggul namun akan meningkatkan Indeks Pembangunan Manusia/IPM (human development index). IPM ditentukan oleh 3 faktor yaitu ekonomi, pendidikan dan Usia Harapan Hidup (UHH). Menanggulangi stunting akan memberikan konstribusi besar terhadap peningkatan UHH, melahirkan anak yang cerdas sehingga mengurangi tingkat buta huruf dan mengurangi beban ekonomi keluarga yang pada akhirnya memberikan manfaat terhadap peningkatan IPM.

UHH Indonesia masih dibawah Singapura, Thailand, Malasyia dan Vietnam yaitu sebesar 71,4 tahun. Selain UHH masih rendah, heal adjusted life expectancy (HALE) juga rendah yaitu 62,65 tahun sehingga disability adjusted life year (DALYs) atau usia produktif yang hilang sebesar 8,83. DALYs adalah jumlah tahun yang hilang untuk hidup sehat karena kematian dini, penyakit atau disabilitas. Keberhasilan pengobatan memperpanjang UHH bagi penderita penyakit dislipidemia memperpanjang usia penderita namun kehilangan usia produktif.

3. Mengurangi beban negara

Kita ketahui bersama bahwa JKN saat ini mengalami beban dalam membiayai penyakit-penyakit katastropik. Penyakit jantung, gagal ginjal, kanker, stroke adalah penyakit yang menempati urutan teratas dalam menyerap biaya pengobatan dan perawatan yang lama dan berbiaya tinggi. Suatu dilemma yang dihadapi oleh negara, satu sisi negara terbebani biaya pengobatan dan perawatan, sisi lain dampak pengobatan dan perawatan meningkatkan UHH dibarengi dengan peningkatan DALYs.

Timbulnya penyakit-penyakit katastropik berawal dari tingginya kasus stunting. Anak yang stunting selain mempunyai skor kognitif yang rendah pada kehidupan selanjutnya juga akan meningkatkan risiko terjadinya sindrom metabolik yang berdampak pada risiko meningkatnya prevalensi diabetes melitus (DM). Saat ini, prevalensi DM berdasarkan hasil Riskesdas 2018 sebesar 2% (2013, 1,5%), gagal ginjal salah satu komplikasi DM: 3,8% (201, 2,%), stroke: 10,9 %o (2013, 7%o) dan penyakit jantung: 1,5%. Keadaan ini menyebabkan banyak usia dewasa produktif mengalami disabilitas prematur bahkan kematian dini. Dampak jangka panjang dari penyakit tersebut menyebabkan negara harus mengeluarkan biaya pengobatan dan perawatan yang berakibat kerugian ekonomi sebanyak rata-rata 300 Trilyun per tahun.

4. Memperpanjang Usia Harapan Hidup (UHH)

Hakekat dari tujuan pembangunan kesehatan nasional adalah meningkatkan UHH yang maksimal dengan tetap sehat dan produktif. UHH maksimal akan dapat tercapai apabila bebas dari penyakit yang menyebabkan kematian dan produktif akan tercapai apabila bebas dari penyakit yang menghilangkan produktifitas dampak dari penyakit yang diderita oleh masyarakat. Dengan demikian akan dicapai masyarakat yang sehat dan unggul sebagai pilar Negara yang unggul.

Halaman:
      
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Topik Artikel :
Berita Terkait
Telusuri berita news lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement