Advertisement
Advertisement
Advertisement
INFOGRAFIS INDEKS
Advertisement

Optimisme Penanggulangan Stunting di Indonesia

Opini , Jurnalis-Selasa, 01 Februari 2022 |18:23 WIB
Optimisme Penanggulangan <i>Stunting</i> di Indonesia
Lukman Waris. (Foto: Dok Pribadi)
A
A
A

II. Mengatasi stunting

Stunting tidak bisa lagi dianggap sebagai persoalan kesehatan semata tetapi sudah persoalan multikompleks yang membutukan tindakan extra ordinary dengan pemikiran yang out of the box. Dibutuhkan pendekatan spesifik dan sensitif. Spesifik adalah pendekatan dengan program-program kesehatan yang tajam. Sensitif dengan pendekatan program-program diluar kesehatan yang mempunyai nilai ungkit terhadap penanggulangan stunting.

1. Memperkuat UKBM

Upaya Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat (UKMB) adalah sarana yang sangat strategis dalam mengatasi stunting. Pendekatan upaya kesehatan promotif dan preventif yang dilakukan di UKBM baik di posyandu maupun posbindu untuk mengatasi stunting merupakan upaya yang tepat karena lebih mudah, murah dan efektif. Upaya ini menyentuh langsung masyarakat di komunitas.

Pengalaman penulis sejak menjadi petugas puskesmas sampai menjadi peneliti menilai bahwa, keberadaan posyandu dan posbindu sebagai UKBM semakin diterima dan diminati oleh masyarakat. Kegiatan UKBM selain mengukur dan mencatat ukuran-ukuran kesehatan misalnya berat-badan, panjang badan, tinggi badan dan lain-lain perlu dilanjutkan dengan analisa dan ditindak lanjuti berupa intervensi bagi yang berisiko. Anak yang tidak mengalami kenaikan berat badan atau ibu hamil dengan lingkar lengan atas (LILA) kurang dari 23,5cm harus diketahui penyebabnya untuk dilakukan penanggulangan.

Melakukan pengukuran mungkin bisa dilakukan oleh seorang kader yang selama ini menjadi tumpuan UKBM, namun menganalisa dan mencari solusi hanya bisa dilakukan oleh tenaga professional kesehatan masyarakat. Sebenarnya analisa penyebab terjadinya masalah kesehatan di UKBM adalah tanggung jawab puskesmas namun dengan perbaikan sistem JKN saat ini dengan meningkatnya coverage peserta JKN membuat puskesmas terbebani tugas yang berat di pelayanan klinik.

Kita dapat menyaksikan puskesmas sebagai fasilitas kesehatan tingkat pertama (FKTP) setiap hari melayani pasien yang membludak untuk mendapatkan pelayanan pengobatan. Sebagian besar sumber daya puskesmas terkuras dalam menjalani tanggungajwab ini. Padatnya pelayanan di dalam gedung berdampak pada “tersingkirnya” salah satu tugas utama puskesmas yaitu pelayanan kesehatan preventif dan promotif di komunitas. Untuk menanggulagi kondisi tersebut dibutuhkan kehadiran tenaga professional kesehatan masyarakat dalam membantu puskesmas menangani tugas di luar gedung termasuk di UKBM.

2. Tenaga Kesehatan Masyarakat Desa (TKMD)

Tugas kader yang selama ini banyak membantu dan menjadi tumpuan puskesmas di UKBM sudah saatnya bertransformasi dan ditangani oleh tenaga professional. Kehadiran kader tetap dibutuhkan namun dibutuhkan pendampingan untuk menjalani tugas yang semakin vital di komunitas. Dibutuhkan Tenaga Kesehatan Masyarakat Desa (TKMD) yang mempunyai keahlian dalam pendekatan upaya preventif dan promotif.

TKMD adalah alumni Fakultas Kesehatan Masayarakat baik yang sarjana maupun yang magister (latar belakang dokter, dokter gigi, SKM, gizi, sanitarian,epidemiologi, promosi) yang secara keilmuan dibekali cara-cara untuk melakukan pelayanan kesehatah dibidang preventif dan kuratif. TKMD mempunyai kompetensi dalam membaca indikator-indikator dan hasil pengukuran yang berkaitan dengan gizi dan dapat melakukan pendekatan, penyuluhan, promosi dan advokasi kepada masyarakat dalam mengubah perilaku.

3. Biaya kapitasi

Melakukan pelayanan kesehatan masyarakat di komunitas pada dasarnya adalah tugas dan tanggungjawab puskesmas. Suatu kenyataan bahwa saat ini, puskesmas menghadapi tugas berat memberikan pelayanan pengobatan kepada pasien BPJS yang membludak. Dibutuhkan TKMD yang dapat menjalankan tugas puskesmas di komunitas sekaligus sebagai gate keeper di hulu agar dapat menekan arus masyarakat yang berobat ke puskesmas karena sakit.

Pelimpahan tugas dan tanggungjawab puskesmas kepada TKMD di komunitas disertai dengan hak-hak berupa pembayaran. Anggarannya dapat diambil dari dana kapitasi BPJS yang diterima oleh Puskemas. Mekanisme pembiayaan ini tidak membebani keuangan negara namun justru dalam jangka panjang menguntungkan negara karena dengan tugas TKMD dengan pendekatan preventif dan promotif akan mengurangi prevalensi stunting. Kelak, 50 tahun kemudian negara akan menghasilkan generasi-generasi sehat dan unggul, generasi yang mempunyai daya saing ditingkat global.

Lukman WarisAlumni Pogram Doktor Epedimologi Universitas Indonesia, Akademi, Praktisi dan Peneliti

(Qur'anul Hidayat)

      
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Topik Artikel :
Berita Terkait
Telusuri berita news lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement