MUSEUM Wayang terdapat beberapa kuburan Gubernur Jenderal Belanda. Salah satunya adalah kuburan Jan Pieterzon Coen. Saat ini, kerangka Gubernur Jenderal pendiri kota Batavia ini dibawa keluarganya ke Belanda.
(Baca juga: Jejak Kesaktian dan Pengabdian Pangeran Purbaya kepada Mataram)
Sementara, kuburan Gubernur Jenderal yang lain dipindahkan ke makam Belanda di Tanah Abang. Oleh karena itu, untuk mengenang pemakaman Gubernur Jenderal Hindia Belanda, didirikan prasasti berisi nama-nama pejabat yang dikubur. Hingga kini prasasti itu masih dapat dilihat di dalam gedung museum Wayang.
"Konon katanya J.P Coen atau biasa disebut dengan nama Murjangkung lehernya dipancung orang Betawi. Ada yang menyebutkan dibunuh oleh telik sandi dari kerajaan Mataram. Cerita versi bertutur dari mulut ke mulut ini masih menjadi perdebatan,"kata Yahya Saputra,budayawan Betawi, beberapa waktu lalu.
(Baca juga: Peristiwa 30 Mei: JP Coen Taklukkan Jayakarta dan Dirikan Batavia)
Adolf Heuken SJ, dalam bukunya "Sumber-sumber Asli Sejarah Jakarta," J. Coen meninggal karena sakit. Menurutnya, pada malam antara tanggal 21 dan 22 september 1629 sekitar jam 01.00, gubernur jenderal Jan Pieterszon Coen meninggal tanpa disangka.
Sejak beberapa waktu J.P Coen sudah terlihat loyo dan mencret, tapi terus makan seperti biasa. Sore hari masih berada di teras rumah. Namun menjelang malam hari Coen terjangkit penyakit.
Maka, pada pukul 19.00, dia berbaring tanpa mengikuti doa malam bersama. Sesudah berdoa, tuan van Diemen dan Raemburch masuk ke kamar Coen. Mereka menemukan Coen tampak kelelahan.
Untuk mengobati Coen, seorang dokter bernama Bontous dipanggil untuk memeriksa Coen. Dokter menyimpulkan bahwa penyakitnya begitu parah. Sehingga Coen tak akan bertahan sampai pagi hari.