Pada Senin (28/02), surat kabar Beijing Daily yang berafiliasi dengan pemerintah mengunggah ulang pernyataan Kedutaan Besar Rusia di Beijing. Pernyataan itu menyerukan kepada dunia untuk tidak membantu pemerintah "neo-Nazi" di Kyiv.
Di media sosial, komentar tentang Ukraina dan Rusia disensor secara ketat.
Berikut beberapa contohnya:
"Putin luar biasa!"
"Saya mendukung Rusia, menentang AS. Hanya itu yang ingin saya katakan."
"AS selalu ingin membuat kekacauan di dunia!"
Tapi jelas ada sikap kehati-hatian yang ditunjukkkan oleh China.
Negara itu mengubah pendekatannya. Semula Kedubesnya di Kyiv menyarankan agar warga negara China mengibarkan bendera negara di kendaraan-kendaraan mereka, membantu satu sama lain sambil "menunjukkan kekuatan China".
Setelah perang berkecamuk selama beberapa hari, pendekatan ini berubah dengan merekomendasikan warga China untuk tidak "secara terbuka mengungkapkan indentitas atau menunjukkan simbol-simbol yang dapat diidentifikasi".
Beberapa pihak memperkirakan perubahan ini didorong oleh kekhawatiran bahwa warga China bisa menghadapi bahaya ketika pemberitaan media Partai Komunis yang mendukung tindakan Putin sampai ke Ukraina.
Kendati demikian, terdapat beberapa kritikus yang sempat berhasil menyampaikan suara mereka.
Lima akademisi terkenal China menulis surat terbuka untuk mengecam aksi Rusia, pada akhir pekan.
"Ini adalah invasi. Sebagaimana dikatakan pepatah China: kita tidak bisa menyamakan rusa dengan kuda," kata sejarawan Xu Guoqi, menurut laporan Reuters.
Hanya beberapa jam setelah diposting, surat tersebut dihapus oleh penyensor internet.
Sulit mengukur secara pasti berapa banyak penduduk China yang menyerukan perdamaian, ketika kita tidak tahu berapa banyak postingan yang disensor - dan berapa banyak postingan mencela AS yang dipromosikan.
Seorang pengguna media sosial menulis: "Saya tidak mengerti mengapa begitu banyak orang mendukung Rusia dan Putin. Apakah invasi dianggap adil? Kita seharusnya menentang segala bentuk perang!"
Adapun pengguna lainnya berkomentar: "Putin mengakui kemerdekaan wilayah pemberontak Ukraina, yang tentu mencampuri urusan dalam negeri negara lain."
Beijing jelas tidak menghendaki warganya menarik kesimpulan seperti yang tercantum dalam unggahan yang terakhir itu.
(Angkasa Yudhistira)