Advertisement
Advertisement
Advertisement
INFOGRAFIS INDEKS
Advertisement

Melihat dari Dekat Perjuangan Tentara Ukraina: Kalau Kharkiv Jatuh, Seluruh Negara Akan Jatuh!

Agregasi BBC Indonesia , Jurnalis-Sabtu, 12 Maret 2022 |05:58 WIB
Melihat dari Dekat Perjuangan Tentara Ukraina: Kalau Kharkiv Jatuh, Seluruh Negara Akan Jatuh!
Tentara Ukraina, Eugene. (Foto: BBC)
A
A
A

Saat kami berkendara melintasi kota dengan ruas jalannya yang lebar dan bangunan apik, kami mencapai sebuah kompleks apartemen buatan zaman Uni Soviet.

Di sanalah saya bertemu Eugene, pria berjenggot oranye dan bertubuh besar penuh tato. Mirip tokoh-tokoh era Viking.

"Kalau Kharkiv jatuh, seluruh Ukraina jatuh," kata pria berusia 36 tahun itu.

Dia adalah bagian dari tim pengintai dekat deretan blok apartemen. Beberapa apartemen tampak kena hantam gempuran artileri, sementara di area parkir sebuah mobil terbelah akibat serangan rudal.

Penduduk Kharkiv, menurut Eugene, tidak kaget dengan serangan Rusia. "Sejak 2014, kami tahu mereka akan datang, mungkin setahun, 10 tahun, atau 1.000 tahun. Tapi kami tahu mereka akan datang."

Pada pukul 04:55, 24 Februari lalu, Eugene menerima panggilan telepon dari seorang teman. Dia berkata serangan akan dimulai. "Saya lalu mendengar roket-roket menyerang kota kami," ujarnya. Seperti banyak orang lainnya, Eugene belum pulang ke rumah sejak kejadian itu.

Meninggalkan garis depan kemudian menuju pusat kota terasa seperti memasuki dunia lain. Gempuran tanpa henti yang dilesatkan pasukan Rusia menyebabkan sebagian besar dari 1,5 juta penduduk Kharkiv telah mengungsi. Hanya sedikit kawasan permukiman yang luput dari kerusakan.

Mereka yang bertahan di Kharkiv berupaya mengamankan pasokan barang-barang keperluan sehari-hari. Pada pagi hari, antrean tampak di berbagai apotek, bank, supermarket, dan pom bensin. Upaya logistik dan kemanusiaan berlangsung secata besar-besaran di garis belakang agar kehidupan di Kharkiv tetap terjaga.

Sebelum jam malam tiba, saya tiba di Rumah Sakit 4 untuk menemui kepala bidang kesehatan anak, Dr Alexander Dukhovskyi. Di balik jubah putih dokternya, dia memakai kaos Miami Beach 2015 lengkap dengan bendera Amerika. Dia belum pulang ke rumah selama beberapa pekan.

Dia tertawa ketika saya menyebut bahwa tentara Rusia tidak menyasar warga sipil. Dia lantas mengajak saya melangkah masuk ke berbagai koridor, tempat merawat korban serangan Rusia.

Mereka berada di koridor karena gempuran artileri Rusia pernah mendarat dekat situ sehingga para pasien tidak aman berada di dalam bangsal dengan jendela-jendela besar. Sebagian besar cedera saat berada di rumah masing-masing.

Unit perawatan intensif pasien anak berada di lantai dasar. Jendela sempitnya menangkap gemerlap cahaya yang memantul dari salju di luar serta menyinari lambang-lambang para santo di atas meja perawat.

Di sebuah ranjang terdapat Dmitry, bocah berusia delapan tahun. Jemari kakinya menyembul dari selimut. Tangannya yang memar dan berdarah juga terlihat. Wajahnya tergores oleh sejumlah luka, mata kanannya tidak menutup sempurna. Beberapa hari lalu, tim doker mengambil sebutir peluru dari dalam tengkorak dan tulang punggungnya.

Dmitry diharapkan dapat pulih total, namun saat ini kondisinya memprihatinkan.

Beberapa selang dipasang untuk mengeluarkan cairan dari dalam tubuh mungilnya ke tabung-tabung plastik yang digantung di atas ranjang. Selimut tipis bermotif mawar kecil, naik-turun mengikuti gerakan napasnya yang dibantu mesin.

Presiden Rusia, Vladimir Putin mengatakan dirinya ingin mendemiliterisasi Ukraina, tapi justru menciptakan lahan tak bertuan. Pada malam hari Kharkiv nyaris gelap gulita. Gempuran artileri tanpa henti dari pasukan Rusia terus menggelegar sepanjang malam.

Kharkiv dulunya adalah ibu kota Ukraina. Kota itu punya beragam taman, katedral, museum, teater, hingga pabrik pesawat Antonov, tank, dan turbin.

Seisi kota kini menjadi medan tempur. Hal ini juga tidak mengejutkan. Strategi perang militer Rusia telah disempurnakan di Suriah selama 10 tahun terakhir.

Kelilingi, kepung, dan teror seluruh penduduk. Di Ukraina, sebagaimana terjadi di Suriah, para penduduk dievakuasi menggunakan bus selagi pasukan Rusia melaju.

Namun, Ukraina masih melawan.

Saya bertemu dengan tim intelijen, yang berkendara dengan dilengkapi rudal anti-tank. Rudal itu ditaruh di bagian belakang kendaraan, siap digunakan.

Kembali saya menuju pinggiran kota dan melintasi garis depan menuju kawasan antah-berantah. Dua pom bensin di pinggiran kota telah hancur akibat gempuran artileri.

Di situ saya menemukan puluhan mayat tentara Rusia yang membeku. Jenazah-jenazah itu terbaring seperti boneka lilin. Tangan-tangan beberapa mayat tampak seperti berupaya menggapai sesuatu.

Isi perut salah satu mayat tumpah ke jalan. Terdapat jejak kaki yang menginjak darah di sekitar mayat tersebut.

Senjata mereka telah dilucuti. Saya bertanya kepada Uta, salah seorang perwira Ukraina, apa yang akan terjadi pada jenazah-jenazah tersebut.

"Anda tanya apa yang akan terjadi? Kami tinggalkan saja dimakan anjing," katanya sembari mengangkat bahu.

(Qur'anul Hidayat)

      
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Telusuri berita news lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement