Advertisement
Advertisement
Advertisement
INFOGRAFIS INDEKS
Advertisement

Melihat dari Dekat Perjuangan Tentara Ukraina: Kalau Kharkiv Jatuh, Seluruh Negara Akan Jatuh!

Agregasi BBC Indonesia , Jurnalis-Sabtu, 12 Maret 2022 |05:58 WIB
Melihat dari Dekat Perjuangan Tentara Ukraina: Kalau Kharkiv Jatuh, Seluruh Negara Akan Jatuh!
Tentara Ukraina, Eugene. (Foto: BBC)
A
A
A

"Kami balas menembak dengan rudal kendali anti-tank serta senjata ringan biasa. Mereka keluar dari kendaraan, kemudian berpencar. Selalu ada banyak orang," papar Letnan Gromadsky yang duduk di kursi depan.

Dia menambahkan, "Terkadang mereka menggunakan taktik ini - mengibarkan bendera putih di atas kendaraan, lalu mendekati posisi kami. Saat kami juga mendekat dan mengambil mereka sebagai tawanan perang, mereka melepaskan tembakan ke pasukan kami."

Di sebuah lokasi, Letnan Gromadsky menunjukkan tempat dua tank dan kendaraan lápis baja Rusia yang kena hantam.

"Jangan khawatir, kami punya pertahanan bagus," ujarnya seraya menunjuk sejumlah rudal anti-tank Javelin buatan Amerika Serikat. 'Lockheed Martin, Texas' tertera pada kemasannya.

Di dekat rudal Javelin, terdapat senjata ringan anti-tank NLAW dari Inggris. "Menghabisi tank-tank paling canggih sekalipun," tulis produsen Saab pada lamannya.

Militer Ukraina sedang berimprovisasi dalam perang ini. Pemerintah Ukraina dikritik karena dinilai tidak siap. Karena itu, mereka berupaya mendatangkan banyak personel ke garis depan. Tentara reguler lantas digabung dengan pasukan pertahanan sipil.

Di titik kumpul sebelah timur kota, saya menyaksikan ketibaan bus-bus berisi ratusan serdadu bersenjata lengkap. "Di mana perangkat pelindung tubuh saya?" kata seorang serdadu. "Kamu nanti dapat di garis depan," sahut seorang perwira. Beberapa saat kemudian, mereka telah berangkat.

Beberapa di antara mereka akan bergabung dengan unit Letnan Gromadsky dan bekerja berdampingan dengan seorang tenaga medis yang dijuluki Reaper. "Anda pernah dengar malaikat pencabut nyawa kan?" tanyanya.

Reaper juga mengomandani lini pertahanan di pinggiran dessa ini. Banyak rumah telah hancur atau rusak akibat gempuran artileri Rusia.

Bagaimana gaya bertempur tentara Rusia, tanya saya.

"Mereka bertempur seperti binatang bodoh. Mereka bertempur seperti tahun 1941—mereka tidak punya manuver, mereka hanya langsung maju ke depan dan begitu saja. Mereka punya banyak orang, banyak tank, banyak kendaraan. Tapi kami berjuang demi tanah kami dan kami melindungi keluarga kami.

"Tidak penting bagaimana cara mereka bertempur, karena kami berjuang seperti singa dan mereka tidak akan menang."

Kembali ke garis belakang, warung kopi telah disulap menjadi dapur umum. Kokinya adalah seorang serdadu bertubuh besar dan memakai topi kupluk. Dia menawarkan semangkok sup unik Ukraina, borscht panas. "Coba pakai krim masam," desaknya.

Saya makan di antara tumpukan kue dan biskuit, persediaan untuk tentara Ukraina buatan pabrik-pabrik lokal. Di sebelah saya ada komandan batalion bernama Sergey. Usianya 30 tahun.

"Kami melihat musuh, kami membunuh musuh. Tidak ada percakapan, begitu saja," cetusnya.

"Kalau Kharkiv jatuh, seluruh Ukraina akan jatuh"

Dia ingin tahu dari mana saya berasal. Saya memberitahunya dan dia bertanya lagi, apakah benar ada relawan-relawan Inggris yang datang untuk bertempur demi Ukraina. "Pesawat apa yang sudah kamu berikan ke kami," tanya dia lagi saat menuntaskan semangkok borscht.

Walau pasukan Ukraina melawan sengit, militer Rusia melaju di bagian timur dan selatan Ukraina.

Sejumlah kota telah berpindah tangan ke Rusia. Serdadu-serdadu Ukraina yang saya ajak bicara menegaskan berulang kali, kekuatan darat tidak cukup. Mereka perlu pertahanan udara.

Sebagai gambaran kekuatan Angkatan Darat Ukraina, dalam sebuah kesempatan saya menumpang kendaraan lapis baja yang baru dua pekan lalu dipensiunkan dari tugasnya sebagai pengantar uang tunai untuk bank-bank di Kharkiv. Kini, kendaraan itu dikerahkan untuk perang.

Halaman:
      
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Telusuri berita news lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement