KERAJAAN Medang atau lebih dikenal sebagai Kerajaan Mataram Kuno atau Kerajaan Mataram Hindu, merupakan kerajaan yang berdiri di Jawa Tengah pada ratus tahun ke-8, yang selanjutnya berpindah ke Jawa Timur pada ratus tahun ke-10.
(Baca juga: Menengok Keunikan Situs Srigading Peninggalan Mpu Sindok di Malang)
Para raja kerajaan ini banyak meninggalkan bukti sejarah berupa prasasti-prasasti yang tersebar di Jawa Tengah dan Jawa Timur, serta membangun banyak candi yang bercorak Hindu maupun Buddha. Kerajaan Medang runtuh pada awal ratus tahun ke-11.
Melansir Buku Sejarah Nasional Indonesia Jilid II, Senin (21/3/2022), Mpu Sindok merupakan raja pertama Kerajaan Medang periode Jawa Timur, yang memerintah sekitar tahun 929 – 947. Mpu Sindok bergelar Sri Maharaja Rakai Hino Sri Isana Wikramadharmottunggadewa.
Pada masa pemerintahan Dyah Tulodhong, Mpu Sindok menjabat sebagai Rakai Mahamantri Halu. Sedangkan pada masa pemerintahan Dyah Wawa, ia naik pangkat menjadi Rakai Mahamantri Hino. Kedua posisi tersebut merupakan posisi tingkat tinggi yang hanya dapat diberi oleh keluarga raja, yang berarti, Mpu Sindok merupakan seorang bangsawan kelas tinggi dalam Kerajaan Medang.
Mpu Sindok mempunyai permaisuri bernama Sri Parameswari Dyah Kebi, yang merupakan putri dari Rakai Bawa. Sejarawan Poerbatjaraka menganggap Rakai Bawa sama dengan Dyah Wawa. Dengan demikian, Mpu Sindok diasumsikan sebagai menantu Dyah Wawa. Namun, Rakai Bawa merupakan nama suatu posisi, sedangkan Dyah Wawa merupakan nama orang, sehingga keduanya tidak bisa disamakan.
Adapun, Stutterheim yang menemukan tokoh Rakai Bawang Mpu Partha, yaitu seorang pejabat pada masa waktu seratus tahun pemerintahan Mpu Daksa. Menurutnya, Mpu Partha ini semakin tepat diasumsikan sebagai ayah Dyah Kebi, daripada Dyah Wawa. Selain itu ditemukan pula nama Rakryan Bawang Dyah Srawana yang bisa juga merupakan ayah Dyah Kebi.
Pemerintahan Mpu Sindok yang merupakan raja pertama Kerajaan Medang periode Jawa Timur, yang memerintah sekitar tahun 929 – 947 cukup meninggalkan banyak bukti sejarah, berupa prasasti-prasasti, seperti: