- Prasasti Turyan tahun 929, yang berisi permohonan Dang Atu Mpu Sahitya terhadap tanah di barat sungai desa Turyan supaya diproduksi menjadi sebagai tempat kontruksi suci.
- Prasasti Linggasutan tahun 929, berisi tentang penetapan desa Linggasutan, wilayah Rakryan Hujung Mpu Madhura Lokaranjana, sebagai sima swatantra sebagai tambahan biaya pemujaan bathara di Walandit setiap tahunnya.
- Prasasti Gulung-Gulung sedang dari tahun 929, berisi tentang permohonan Rake Hujung Mpu Madhura supaya sawah di desa Gulung-Gulung diproduksi menjadi sima untuk kontruksi suci Mahaprasada di Himad.
- Prasasti Cunggrang tahun 929, berisi tentang penetapan desa Cunggrang sebagai sima swatantra sebagai menrawat makam Rakryan Bawang Dyah Srawana, yang diduga sebagai ayah dari sang permaisuri Dyah Kebi.
- Prasasti Jru-Jru tahun 930, berisi tentang permohonan Rake Hujung Mpu Madhura supaya desa Jru-Jru di kawasan linggasutan diproduksi menjadi sima swatantra untuk merawat kontruksi suci Sang Sala di Himad.
- Prasasti Waharu tahun 931, berisi tentang anugerah yang diberikan kepada masyarakat desa Waharu yang dipimpin oleh Buyut Manggali, karena telah setia membantu negara melawan musuh.
- Prasasti Sumbut tahun 931, berisi tentang penetapan desa Sumbut sebagai sima Swatantra, karena kesetiaan Mapanji Jatu Ireng dan masyarakat desa itu menghalau musuh negara.
- Prasasti Wulig tanggal 8 Januari 935, berisi tentang peresmian bendungan di Wuatan Wulas dan Wuatan Tamya yang didirikan oleh para masyarakat desa Wulig di bawah pimpinan Sang Pamgat Susuhan. Peresmian ini dilakukan oleh seorang istri Mpu Sindok bernama Rakryan Mangibil.