PERISTIWA penyerbuan Kerajaan Singasari oleh pasukan Kediri telah menewaskan kedua orang tua Gayatri, yang merupakan putri bungsu sang raja, Kertanegara. Kertanegara yang saat itu sedang melakukan ritual Tantra dengan sang ratu dan dan sejumlah warga keraton lainnya diserang oleh para pasukan Kediri di sebuah ruangan rahasia di bangsal perempuan.
(Baca juga: Penghormatan Terakhir Putri Gayatri kepada Raja Singasari yang Dibunuh Pasukan Kediri)
Beruntung, saat penyerbuan tersebut terjadi, Gayatri sedang tidak berada di bangsal utama keraton. la sedang belajar di kamarnya yang terletak di dekat kamar pelayan pribadinya, seorang perempuan baik hati lagi bijak yang memiliki anak seumuran Gayatri. Ia pun selamat dari peristiwa yang menewaskan kedua orang tuanya tersebut.
Mengutip Gayatri Rajapatni: Perempuan di Balik Kejayaan Majapahit karya Earl Drake, Senin (9/5/2022) Sodrakara yang sebelumnya lari terbirit-birit dan memberi tahu peristiwa tersebut kepada Gayatri meminta agar Gayatri cepat-cepat menyamar dengan mengenakan pakaian anaknya, lalu sembunyi bersamanya.
Supaya identitas dirinya sebagai putri raja tetap tersamarkan Gayatri bersekongkol dengan abdinya tersebut, Sodrakara. Keduanya langsung memutuskan bahwa Gayatri akan berpura-pura menjadi putri seorang pegawai rendah keraton yang baru saja tewas dalam serangan Kediri.
Sang abdi akan berperan sebagai pelayan rumahtangga, sementara Gayatri mengambil nama baru "Ratna Sutawan", agar kedudukannya yang tidak mencolok, sehingga para penyerbu dari Kediri akan lengah dan membiarkannya tinggal di Singasari.
Gayatri yang merupakan seorang putri dari seorang raja pemimpin Kerajaan Singasari tidak menyesal menanggalkan jubah dan perhiasan seorang putri, ia lebih suka berpakaian bak seorang ksatria dan bertarung melawan orang-orang biadab yang membantai orang tua dan teman-temannya. Namun, Sodrakara langsung menjelaskan kepada Gayatri bahwa keinginannya itu mustahil diwujudkan untuk saat ini.
Namun yang paling penting dan mendesak adalah menyembunyikan identitasnya sebagai putri raja. Meskipun tingkah-lakunya tomboi, wajah dan bentuk tubuhnya tetaplah perempuan, sehingga tak mungkin ia mengelabui orang dengan bertingkah seperti seorang prajurit. Cara berjalan Gayatri pun tidak mirip dengan seorang prajurit, Gayatri juga tidak tahu cara memegang senjata.