Sehingga, kata Herizal, membuat udara dekat permukaan terasa lebih dingin terutama pada malam hingga pagi hari. Hal ini yang kemudian membuat udara terasa lebih dingin terutama pada malam hari.
Sementara itu, Herizal menjelaskan mengenai aphelion yang berdampak pada suhu udara saat malam, posisi matahari memang berada pada titik jarak terjauh dari bumi (aphelion). Tapi, kondisi tersebut tidak berpengaruh banyak pada fenomena atmosfer permukaan.
“Aphelion merupakan fenomena astronomis yang terjadi setahun sekali pada kisaran bulan Juli. Sementara itu pada waktu yang sama, secara umum wilayah Indonesia berada pada musim kemarau. Hal ini menyebabkan seolah aphelion memiliki dampak yang ekstrim terhadap penurunan suhu di Indonesia,” paparnya.
Fenomena ini, kata Herizal, merupakan hal yang biasa terjadi tiap tahun, bahkan hal ini pula yang nanti dapat menyebabkan beberapa tempat seperti di Dieng dan dataran tinggi atau wilayah pegunungan lainnya, berpotensi terjadi embun es (embun upas) yang dikira salju oleh sebagian orang.
(Awaludin)