Tetapi teknik penanggalan radioaktif termutakhir menunjukkan bahwa Nyonya Ples, dan fosil lainnya yang ditemukan di sekitarnya, sebenarnya satu juta tahun lebih tua dari yang diperkirakan.
Para peneliti merevisi usia mereka setelah menguji sedimen di sekitar fosil untuk kadar isotop langka yang tercipta ketika batuan terpapar sinar kosmik, sebelum mereka jatuh ke dalam gua.
Sebelumnya para ilmuwan menganggap hominid Australopithecus africanus terlalu muda untuk berevolusi menjadi genus homo, nenek moyang manusia modern, yang sudah hidup di Bumi sekitar 2,2 juta tahun yang lalu.
Temuan ini sekarang menunjukkan bahwa mereka punya tambahan satu juta tahun untuk membuat lompatan evolusioner itu, sehingga ada kemungkinan bahwa Nyonye Ples, dan spesiesnya, adalah nenek moyang manusia purba.
Ini juga berarti spesies tersebut hidup di Bumi pada zaman yang sama dengan Lucy, kera dari spesies Australopithecus afarensis yang fosilnya ditemukan di Afrika. Tulang-belulang Lucy berusia 3,2 juta tahun, dan ia sudah lama dianggap sebagai spesies yang memunculkan manusia paling awal.
Revisi garis waktu ini berarti kedua spesies tersebut bisa saja berinteraksi dan berkembang biak, kata para ilmuwan, merumitkan gambaran kita mengenai asal-usul manusia dan menunjukkan bahwa garis evolusi yang menghasilkan manusia tidak sederhana.
Ilmuwan Prancis Laurent Bruxelles yang ambil bagian dalam penelitian ini mengatakan itu berarti pohon keluarga kita ‘lebih seperti semak belukar’.
(Susi Susanti)