Advertisement
Advertisement
Advertisement
INFOGRAFIS INDEKS
Advertisement

Pemahaman Asal-Usul Manusia Berubah Usai Penelitian Tulang Belulang Leluhur Manusia Usia 3,8 Juta Tahun

Susi Susanti , Jurnalis-Jum'at, 01 Juli 2022 |14:30 WIB
Pemahaman Asal-Usul Manusia Berubah Usai Penelitian Tulang Belulang Leluhur Manusia Usia 3,8 Juta Tahun
Penemuan fosil tulang belulan manusia berusia 3,8 juta tahun (Foto: Museum Sejarah Alam Cleveland)
A
A
A

AFRIKA – Menurut penelitian terbaru, sisa tulang-belulang yang berasal dari beberapa leluhur tertua umat manusia ternyata jauh lebih tua dari yang awalnya diperkirakan para ilmuwan.

Fosil-fosil itu, termasuk tengkorak perempuan gua yang diberi nama Mrs Ples, telah terkubur selama ribuan tahun di gua-gua Afrika Selatan yang dikenal sebagai Cradle of Humankind (tempat kelahiran umat manusia).

Metode penelitian modern kini menunjukkan bahwa sekelompok manusia purba sudah hidup di bumi antara 3,4 dan 3,8 juta tahun yang lalu. Garis waktu baru ini dapat mengubah pemahaman awam mengenai evolusi manusia.

Itu berarti sekarang ada lebih banyak kemungkinan cara nenek moyang kita berevolusi menjadi manusia purba.

Baca juga: Kuburan Massal Ditemukan, Berisi 25 Tulang Belulang Manusia dan 50 Keramik Kuno

Selama bertahun-tahun, para ilmuwan percaya spesies Australopithecus africanusitu, yang fosilnya ditemukan di gua-gua Sterkfontein dekat Johannesburg, berusia kurang dari 2,6 juta tahun.

Kompleks bawah tanah itu menjadi tempat penemuan tulang-belulang manusia purba paling banyak dibandingkan tempat-tempat lain di dunia, termasuk tengkorak hampir utuh yang ditemukan pada tahun 1947 milik seorang perempuan gua awal yang dijuluki Nyonya Ples.

 Baca juga: Tentara Ini Rekam Pembantaian Massal, Tulang Belulang dan Tengkorak Berserakan

Menurut Museum Smithsonian, spesies tersebut - yang berjalan dengan dua kaki - jauh lebih pendek daripada manusia modern. Tinggi laki-lakinya rata-rata 4 kaki 6 inci (138 cm) dan perempuannya rata-rata 3 kaki 9 inci (115 cm).

Tetapi teknik penanggalan radioaktif termutakhir menunjukkan bahwa Nyonya Ples, dan fosil lainnya yang ditemukan di sekitarnya, sebenarnya satu juta tahun lebih tua dari yang diperkirakan.

Para peneliti merevisi usia mereka setelah menguji sedimen di sekitar fosil untuk kadar isotop langka yang tercipta ketika batuan terpapar sinar kosmik, sebelum mereka jatuh ke dalam gua.

Sebelumnya para ilmuwan menganggap hominid Australopithecus africanus terlalu muda untuk berevolusi menjadi genus homo, nenek moyang manusia modern, yang sudah hidup di Bumi sekitar 2,2 juta tahun yang lalu.

Temuan ini sekarang menunjukkan bahwa mereka punya tambahan satu juta tahun untuk membuat lompatan evolusioner itu, sehingga ada kemungkinan bahwa Nyonye Ples, dan spesiesnya, adalah nenek moyang manusia purba.

Ini juga berarti spesies tersebut hidup di Bumi pada zaman yang sama dengan Lucy, kera dari spesies Australopithecus afarensis yang fosilnya ditemukan di Afrika. Tulang-belulang Lucy berusia 3,2 juta tahun, dan ia sudah lama dianggap sebagai spesies yang memunculkan manusia paling awal.

Revisi garis waktu ini berarti kedua spesies tersebut bisa saja berinteraksi dan berkembang biak, kata para ilmuwan, merumitkan gambaran kita mengenai asal-usul manusia dan menunjukkan bahwa garis evolusi yang menghasilkan manusia tidak sederhana.

Ilmuwan Prancis Laurent Bruxelles yang ambil bagian dalam penelitian ini mengatakan itu berarti pohon keluarga kita ‘lebih seperti semak belukar’.

(Susi Susanti)

      
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Telusuri berita news lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement