Padahal, ia sudah berencana menjual sapinya untuk keperluan sekolah anaknya. Oleh karena itu, ia kini bingung untuk membiayai sekolah anaknya. Terlebih sapi tersebut merupakan tabungan untuk biaya sekolah.
Ia mengaku kebingungan untuk mencari uang lagi, dan pasti akan harus bekerja lebih keras. Karena suaminya hanya pencari pasir manual yang hasilnya hanya cukup untuk makan sehari hari.
"Untuk menabung, belum tentu bisa dilakukan lagi. Wong semua harga mahal,"kata dia.
Warga Padukuhan Pentung yang lain, Adi Kemis (65) menuturkan seekor sapi di kandangnya mati, sementara 4 ekor lainnya juga terpapar PMK. Dia ini mengaku heran kenapa sapi-sapi miliknya bisa terkena PMK karena sapinya tidak pernah berinteraksi dengan sapi lain.
"Sapi saya itu sama sekali tidak pernah keluar kandang dan jarak dengan kandang terdekat sekitar 100 meter," tuturnya.
Ia mengaku sudah mengundang mantri hewan sebanyak 3 kali sejak sapi-sapinya dinyatakan positif PMK untuk menyembuhkannya. Dan setiap kali datang, ia harus membayar Rp 120 ribu kepada mantri tersebut.
(Angkasa Yudhistira)